Penyidik KPK Disiram Air Keras
Keteguhan 2 Cucu AR Baswedan dan Kesan Abraham Samad
Mendiang kakek mereka, Abdur Rahman Baswedan, (1908 - 1986), adalah adalah satu pahlawan nasional.
Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Thamzil Thahir
KEYAKINAN adalah modal utama keberanian dan keteguhan.
Inilah yang tengah ditunjukkan Novel Baswedan (39), setelah insiden penyiraman air keras ke matanya, Selasa (11/4) lalu, di teras rumahnya, Jl Deposito T No 08 RT 03 RW 10, Kelurahan Pesanggrahan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta.
Keteguhan Novel ini terlihat saat dijenguk kakak sepupunya, Anies Baswedan (47), di RS Mitra Keluarga, Jakarta Utara, sebelum dirujuk ke Jakarta Eye Center, dan rumah sakit mata ternama di Singapura, Rabu (12/4) siang kemarin.
Mereka saling berbisik dan saling menguatkan. Anies meminta adik sepupunya, tabah dan tak surut.
Sedangkan, Novel juga menyemangati kakaknya, yang Rabu (19/4) pekan depan, nasibnya akan ditentukan, apakah terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta, atau kembali menjadi pendidik, dosen.
Dalam akun instagramnya, Anies menceritakan saat membesuk penyidik KPK itu keduanya sempat bercanda.
Dalam foto yang diunggah Anies, Novel tampak membisikkan sesuatu.
Menurut Anies, Novel bercanda kepadanya. "Bang, sekarang udah bisa makan enak nih". Saya jawab: iyalah, wong dari subuh nggak makan,” tulis Anies.
Anies melanjutkan Novel tampak tegar dengan musibah yang menimpanya.
“Lalu dia katakan, "Bang ini semua sudah ditakdirkan. Ana memang sudah ditakdirkan sakit hari ini, jadi dijalani saja. InsyaAllah kita maju terus.
"Itu semua dikatakan sambil tetap senyum .....,” lanjut Anies.
Kapolri Tito Siap Lindungi Penyidik KPK:
Anies menambahkan banyak rakyat Indonesia yang mendukung Novel. Bahkan ada beberapa diantaranya berani mendonorkan matanya jika Novel mngalami kebutaan.
“Kami menerima banyak pesan dukungan dari seluruh Indonesia. Beberapa bahkan menyatakan kerelaan menyumbangkan matanya untuk mengganti mata Novel bila ia mengalami kebutaan permanen. Dukungan yang sangat berarti baginya dan keluarga,” tambahnya.
Cerita keteguhan dua saudara serumpun ini, bukan muncul tiba-tiba.
Mendiang kakek mereka, Abdur Rahman Baswedan, (1908 - 1986), adalah adalah satu pahlawan nasional.
Berlatar belakang jurnalis, tokoh pendiri pers Indonesia ini, sempat menjadi Wakil Menteri Penerangan di Kabinet M Sjahrir.
AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), dan Anggota Dewan Konstituante.
AR Baswedan pulalah salah satu diplomat pertama Indonesia yang punya andil besar untuk mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama sete;leh kemerdekaan Indonesia dari negara-negara Arab, termasuk Mesir.
Novel setidaknya sudah 9 kali mendapat teror selama jadi penyidik di KPK. Alumnus AKPOL 1998 ini bahkan rela menin ggalkan korps Bhayangkara untuk tetap jadi penyidik di KPK.
“Dia ini penyidik andalan KPK. Anaknya pendiam, cerdas, dan tahu harus mengerjakan apa,” kata Abraham Samad, mantan Ketua KPK, kepada Tribun.
Novel adalah penyidik yang berperan penting dalam mengungkap kasus dugaan korupsi proyek simulator ujian SIM Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, dan terakhir kasu e-KTP.
Dia juga yang menyidik skandal korupsi yang melibatkan mantan Bendahara Partai Demokrat, M. Nazaruddin, yang kemudian menyeret banyak tokoh penting di Republik. (*)