Ketua DPRD dan Wawali Makassar Kenang Kodam Hasanuddin Kompleks TNI
Sebelumnya, selama 26 tahun (1957 - 1984), Hasanuddin sudah dipakai sebagai nama dan salah satu korps teritorial TNI-AD terbesar di wilayah Indonesia
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Ina Maharani
KOMANDO Daerah Militer (Kodam) XIV Hasanuddin, Rabu (12/4/2017), kembali menjadi nama kesatuan Teritorial TNI-AD untuk tiga provinsi di Sulawesi (Selatan, Tenggara dan Barat).
Selama Hampir 35 tahun, setelah 1984, Kodam Hasanuddin berganti nama ke Kodam VII Wirabuana. KOdam ini membawahi 6 provinsi di Sulawesi.
Hingga Desember 2016 lalu, Kodam XIII Merdeka, berdiri sendiri. terpisah dari Wirabuana dan "membawa" tiga provinsi di utara Dan tengah Sulawesi (Utara, Gorontalo, dan Tengah).
Sebelumnya, selama 26 tahun (1957 - 1984), Hasanuddin sudah dipakai sebagai nama dan salah satu korps teritorial TNI-AD terbesar di wilayah Indonesia Timur.
Pengembalian nama ke Hasanuddin ini ibarat mengembalikan kenangan masa kecil sejumlah tokoh politisi muda di Makassar.
Ketua DPRD Makassar Farouk Mappaselling (48) Betta dan Wakil Wali Kota Makassar SYamsu Rijal MI (46), adalah dua diantaranya.
Sebagai anak tentara, mereka menghabiskan masa kecil dan remaja di Asrama TNI AD yang kala itu masih bernaung dibawah Kodam XIV Hasanuddin.
Farouk tinggal di kompleks SKARDA N di wilayah Gunung Sari, timur Makassar.
Sedangkan Daeng Ical, sapaan akrab SYamsu Rizal, habiskan masa kecil di Komplek Perwira TNI Pandang-pandang, Somba Opu, Sungguminasa, Gowa.
Ayah Farouk, Letkol Inf Mappaselling Betta (1927-1999) adalah perwira TNI-AD yang akhir purnabaktinya dikaryakan sebagai Ketua Fraksi ABRI DPRD Kota Makassar akhir dekade 1980-an.
Sebagai anak perwira dan TNI masih mendominasi struktur kekuasaan, Farouk kerap dilibatkan dalam seremoni KODAM, KOwilhan, atau ABRI.
"Sejak TK saya dan 5 kakak, selalu ikut acara menari, parade budaya, atau pakai-pakai adat se-Nusantara," ujar Farouk mengenang pakaian Passapu dan kumis Sultan Hasanuddin dari arang dI masa kecil.
Hingga sarjana, medio 1990-an, Farouk bersama mendiang ibunya, Hajjah Asniah, bermukim di Kompleks Staf Kekaryaan ABRI (SKARDA) N wilayah sulawesi dan tenggara di Jl Monumen Emmy Saelan, Gunungsari, Makassar.
"Anak tentara itu selalu diajari nasionalisme, dan keindonesian, itulah yg kita kenang sampai sekarang," ujar Aru, yang juga Ketua DPD Golkar KOta Makassar ini.
Tak jauh berbeda Farouk, Dg Ical, juga menghabiskan masa kecil di asrama TNI di sekitar makam Sultan Hasanuddin, kawasan Pallantikang, Pandang-pandang, Gowa.
Laiknya kebanyakan anak Kolong (anak prajurit yang bermukim di barak atau asrama TNI), solidaritas mereka dibangun berdasarkan kesetiakawanan dan kejuangan.
"Pengembalian nama ke Hasanuddin ini, akan membuat kami anak tentara korps Hasanuddin, kembali ke kenangan kecil," ujar Sekretaris DPD Partai Demokrat Sulsel ini.
Dg Ical mengapresiasi dan mengucapkan selamat kepada Korps Kodam XIV Hasanuddin, atas pengembalian nama ini, dan berharap nilai-nilai Korps Hasanuddin kembali jadi panutan kejuangan.(*)