Pemuda Ini Tangkap Dua Ular Kobra yang Pernah Bunuh Orang, Begini Reaksi Dia Saat Dipatuk
salah satu ular tersebut sudah merenggut nyawa seorang petani karet setempat pada awal Maret lalu sebelum ditangkap oleh Ice.
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR-Masyarakat Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulbar, terancam dengan keberadaan ular Piton pemangsa.
Pekan lalu, seorang petani kelapa sawit, Akbar Bin Ramli (25), tewas dimangsa ular piton kembang.
Akbar ditelan utuh dan bersarang di dalam perut piton sepanjang 7 meter tersebut selama satu hari satu malam.
Baca: VIDEO: Begini Kronologi Akbar Dimangsa Ular Piton di Karossa Sulbar
Baca: VIDEO: Hutan Inilah Sarang Ular Piton yang Menelan Akbar Warga Mamuju

Ditengah teror ular pemangsa di Sulbar, satu keluarga di Desa Mentulik Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, justeru hidup ‘rukun’ dengan ular.
Keluarga ini menjadi pusat perhatian karena memelihara satwa liar yang mematikan dan ditakuti manusia, yakni dua ular jenis Raja Kobra.
Berdasarkan pantauan Antara di rumah sederhana milik keluarga Anas K di Desa Mentulik, dua hewan berbisa itu menjadi tontotan
warga setempat.
Baca: Ini 4 Peristiwa Kemunculan Ular Piton Raksasa di Sulbar yang Gegerkan Warga

Kegiatan tidak lazim ini berawal dari anak sulung Anas K bernama Ice Habibi, yang sejak kecil punya keahlian alami menjinakan hewan liar yang berbisa.
"Ular raja kobra ini jantan dua-duanya. Satu panjangnya empat meter, dan satu lagi tiga meter," kata Ice Habibi kepada Antara.
Baca: Perempuan ini Terlilit Ular Piton, Menyusul Kemudian Akbar Ditelan Utuh di Kebunnya
Di tangan pemuda berusia 22 tahun itu, dua binatang berdarah dingin tersebut terlihat sangat jinak dan tidak melawan.
Keduanya bahkan terlihat tenang, menjalar di tangan dan badan Ice Habibi.
Padahal, salah satu ular tersebut sudah merenggut nyawa seorang petani karet setempat pada awal Maret lalu sebelum ditangkap oleh Ice.
Tangan Kosong
Seekor ular yang paling panjang, ditangkap Ice Habibi di Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu, Kampar, karena meresahkan warga setempat.
Pasalnya, seorang warga disana digigit saat memanen getah karet dan nyawanya tidak bisa tertolong.
Sementara itu, seekor ular lainnya ditangkap Ice Habibi dilahan kelapa sawit milik warga tempat tinggalnya di Desa Mentulik pada 28 Maret lalu.
"Semuanya saya tangkap pakai tangan kosong. Mereka tidak menggigit saya," kata Ice ketika ditanya cara menjinakan ular raja kobra tersebut.
Baca: Istri Ungkap Isi Mimpinya Sebelum Akbar Tewas Ditelar Ular, Meninggal itu Simbol Mimpinya Begini

Pria yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas tiga SD itu mengatakan, tidak pernah merasa takut menjinakan hewan liar.
Ia mengaku sejak kecil memang kerap menangkap binatang liar, sehingga sampai sekarang kerap diminta tolong oleh warga untuk menangkap ular dan sejenisnya.
"Saya pernah digigit ular waktu masih kecil, mungkin waktu umur 10 tahun. Tapi saya masih sehat," ucapnya.
Tujuh Ayam Sekali Santap
Dua ular liar jenis Raja Kobra yang kini dipelihara Ice Habibi di depan rumah orangtuanya di Desa Mentulik, Kabupaten Kampar, Riau, kerap menjadi tontotan warga.
Kisah ini langsung "viral" di media sosial.
Bagaimana tidak bikin heboh, sebabnya, kedua ular yang masing-masing memiliki panjang tiga dan empat meter itu ditempatkan di dalam sebuah
kandang kayu berukuran sekitar delapan meter persegi.
Baca: VIDEO: Hutan Inilah Sarang Ular Piton yang Menelan Akbar Warga Mamuju
Ice Habibi bersama adik-adiknya memberi makan ular itu dengan anak ayam.
Selain itu, beberapa kali Ice Habibi juga kerap menunjukan kemampuannya bermain bersama ular raja kobra itu kepada warga setempat, dan dari penampilan itu mendapat sumbangan sukarela.

Baca: 7 Pulau Ular di Berbagai Dunia, Paling Jinak Berada di Indonesia
"Sekali makan satu ular itu saya kasih tujuh ekor anak ayam," ujar Ice Habibi kepada Antara, Jumat.
Ayah Ice Habibi, Anas K mengatakan tidak pernah mengajari anaknya menangkap ular.
Namun, ia juga tidak pernah melarang anaknya melakukan tindakan berbahaya itu karena percaya bahwa Ice Habibi punya kemampuan lebih untuk menjinakan binatang liar.
Ia percaya keahlian anaknya itu merupakan anugerah karena Ice Habibi lahir dalam kondisi tidak normal karena terbungkus kantong ketuban.
"Waktu lahir Ice terbungkus kulit ketuban, namun masih hidup. Kulit itu saya simpan, dan waktu sudah agak besar saya masak dan dimakan olehnya (Ice). Dari kecil dia memang kuat," ujar Anas K. (*)