Syamsul Arif Galib, Dosen UIT Kenalkan Kemah Perdamaian di Australia
Syamsul Arif Galib mewakili Indonesia dalam program pertukaran tokoh muda Islam Australia-Indonesia
Penulis: Ardy Muchlis | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR---Dosen Universitas Indonesia Timur (UIT) Syamsul Arif Galib mewakili Indonesia dalam program pertukaran tokoh muda Islam Australia Indonesia atau Australia- Indonesia Muslim Exchange.
Program ini diinisiasi oleh pemerintahan Australia di bawah kordinator Australia Indonesia Institute.
Setiap tahunnya sejak tahun 2002, melalui program MEP memberangkatkan sekitar 10 peserta dari Indonesia ke Australia.
Mereka ini dipilih dari hasil dari seleksi ratusan pendaftar dari seluruh Indonesia.
Syamsul Arif Galib yang juga dosen Fakultas Agama Islam UIT berada seminggu di Australia 15 hingga 22 Maret 2017. Ia bersama peserta lain akan mengunjungi tiga kota besar di Australia yakni Melbourne, Sydney dan juga Canberra.
Baca: BREAKING NEWS: Prof Rahman Terpilih Jadi Rektor UIT Periode 2017-2021
Baca: UIT Target Terbitkan 24 Jurnal Internasional Berindeks Scopus
Selain itu, bertemu dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh Muslim di Asutralia, para peserta juga berkunjung ke kampus-kampus di tiga kota tersebut.
Diskusi juga dilakukan dengan tokoh tokoh lintas iman seperti dari Kristen, Hindu, Budha, Sikh, Yahudi dan juga Quaker.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman terhadap dinamika Islam di Australia sekaligus juga untuk memperkenalkan kepada masyarakat Australia bagaimana Muslim di Indonesia.
Program ini diharapakan dapat mempererat hubungan ummat Islam di Indonesia dan juga Ummat Islam di Australia.
“Kesempatan ini merupakan hal yang sangat berharga bagi saya untuk dapat mengenal lebih jauh tentang Islam di Australia yang begitu beragam. Di sisi lain, menarik untuk melihat bagaimana keberagaman di Australia itu dilihat sebagai sebuah kekayaan dan harus dirayakan," Jelasnya.

"Meskipun tidak dipungkiri ada kelompok kelompok tertentu yang memiliki kecendrungan anti Islam dan Islamophobia, tapi hal itu tidak mencerminnkan secara kesuluruhan masyarakat Australia.” Jelasnya
Selama berada di kota tersebut, Syamsul dan teman-temannya yang terpilih juga berkesampatan untuk memperkenalkan apa yang selama ini mereka lakukan di Indonesia.
Sebagai salah seorang Co-Founder Makassar International Peace Generation (MIPG) dan juga Bersama Institute, Syamsul lebih banyak bercerita tentang upaya menanamkan nilai-nilai keberagaman dan penerimaan antar pemuda yang berbeda agama di bagian timur Indonesia melalui kemah-kemah perdamaian.