Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Miris, Ibu dan Anak di Pinrang Ini Sudah 10 Tahun Hidup di Gubuk, Makan Nasi Garam

Sang ibu menjadi tulang punggung, membesarkan, menyekolahkan, Arat tanpa kehadiran suami.

Penulis: Hery Syahrullah | Editor: Ilham Mangenre
Miris, Ibu dan Anak di Pinrang Ini Sudah 10 Tahun Hidup di Gubuk, Makan Nasi Garam - warga-gubuk_20170227_160233.jpg
Hery Syahrullah/tribunpinrang.com
Hasnaeni (43) dan anaknya Muhammad Arat (7) di gubuk Dusun Banga-banga, Desa Bunga, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Senin (27/2/2017).
Miris, Ibu dan Anak di Pinrang Ini Sudah 10 Tahun Hidup di Gubuk, Makan Nasi Garam - gubuk-hasnaeni_20170227_160550.jpg
Hery Syahrullah/tribunpinrang.com
Gubuk Hasnaeni di Dusun Banga-banga, Desa Bunga, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Senin (27/2/2017).

TRIBUNPINRANG.COM, WATANG SAWITTO- Hasnaeni (43) dan anaknya sudah 10 tahun hidup gubuk reok di Dusun Banga-banga, Desa Bunga, Kecamatan Mattiro Bulu, Pinrang.

Hasnaeni tinggal bersama putranya bernama Muhammad Arat (7).

Senin (27/2/2017), Tribunpinrang.com berkunjung ke gubuk berukuran 4x6 meter persegi itu.

Hasnaeni terlihat sumringah ketika kedatangan orang yang baru dilihatnya.

Tak kenal, karena itu Hasnaeni bertanya tentang siapa gerangan penulis.

Arat senyum-senyum sambil badan merapat ke sang ibu.

Setelah mengenalkan diri, Hasnaeni menyilakan tribunpinrang masuk dalam rumah.

Miris. Sudah lantai tanah, dinding hingga atap gubuk sudah tidak layak.

Baca juga: Korupsi Bedah Rumah, Kadis Sosial Pinrang Ditahan

Jangan tanya di mana kursi untuk tamu di rumah ini.

Yang ada tempat duduk berupa papan lapuk dan tidak berbentuk kursi. 

Bangunan rumah seadanya. Seolah tak ada sekat dari alam sekitar.

Pakaian kusut lusuh ditaruh di tempat tidur.

Tempat tidur papan dengan pengalas plastik.

Baca juga: Kerugian Negara Korupsi Bedah Rumah Pinrang Rp 388 juta

Awalnya Hasnaeni tinggal bersama suaminya, Larappe.

Namun, sang suami telah wafat tiga tahun lalu.

Sejak saat itu, Hasnaeni mulai berjuang sendiri dan menghidupi putranya.

Sang ibu menjadi tulang punggung, membesarkan, menyekolahkan Arat tanpa kehadiran suami.

"Saya sudah 10 tahun di sini," kata Hasnaeni kepada tribunpinrang.com.

"Saya bekerja saat musim panen padi tiba. Kalau bukan waktu panen, yah tinggal saja di rumah," katanya.

Menu nasi dan lauk garam sudah menu sehari-hari Hasnaeni dan Arat.

"Kadang-kadang juga hanya makan buah pisang," ucap Hasnaeni dengan nada pelan, sambil mengelus kepala Arat.

Di tengah keadaan yang serba kekurangan, Hasnaeni hanya bisa berharap belas kasih orang lain.

Namun, dia pantang mengemis.

"Kami tentu mengaharapkan bantuan, tapi tidak dengan menjadi peminta-minta," katanya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved