Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hebat! Wanita Ini Sudah Terjun dari Pesawat Lebih dari 750 Kali

Ia pernah mendapat medali emas saat mewakili tuan rumah Riau pada ajang PON 18 di Riau.

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Anita Kusuma Wardana
zoom-inlihat foto Hebat! Wanita Ini Sudah Terjun dari Pesawat Lebih dari 750 Kali
TRIBUN TIMUR/ FAHRIZAL SYAM
Penerjun Payung Wanita, Indri Susiani

Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tak semua wanita lemah dan penakut terhadap sesuatu yang berbau ekstrem.

Hal itu yang ingin ditunjukkan oleh Indri Susiani (34), salah satu dari sedikit penerjun payung wanita di Indonesia.

Wanita kelahiran Magetan 15 Januari 1983 ini, membuktikan bahwa ia tak takut ketika harus terjun dari ketinggian hingga ribuan kaki.

Tercatat, selama 11 tahun ia telah melompat dari pesawat menggunakan parasut sebanyak lebih dari 750 kali di berbagai tempat, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Indri yang ditemui di Lanud Sultan Hasanuddin, sesaat sebelum melakukan terjun bebas (free fall) di langit Makassar mengatakan, olahraga terjun payung sudah menjadi hobinya sejak pertama ia melakukannya pada 2006 silam.

"Pertama kali saya terjun itu pada tahun 2006. Waktu itu saya bersama prajurit TNI AU, AL, dan AD mengikuti seleksi, dan saya salah satu yang lolos. Setelah menempuh pendidikan selama empat bulan di Lanud Sulaiman Bandung, saya akhirnya terjun perdana di sana," kata wanita yang menjabat sebagai Staf Intelijen di Lanud Halim Perdanakusuma ini.

Setelah menempuh pendidikannya itu, Indri mulai menggeluti dunia terjun payung. Ia kerap mengikuti berbagai kegiatan free fall di berbagai tempat di Indonesia, termasuk mengikuti latihan gabungan di Australia pada tahun 2013.

Tak hanya itu, Indri juga ambil bagian dalam Pekan Olahraga Nasional (PON). Ia pernah mendapat medali emas saat mewakili tuan rumah Riau pada ajang PON 18 di Riau, dan medali perunggu di PON 19 Jawa Barat.

Bagi Indri, terjun payung atau free fall bukan sekadar olahraga semata, namun ada hal lain yang bisa dinikmati dari olahraga ekstrim itu.

"Melompat dari ketinggian itu, selain olahraga kita juga bisa menikmati keindahan alam dari sudut berbeda, yaitu dari atas, kita jadi bisa lebih bersyukur melihat bagaimana ciptaan Tuhan," ujar Indri yang pertama kali terjun pada usia 22 tahun.

Indri sadar akan risiko dari olahraga ekstrem tersebut. Ia paham betul bagaimana nyawanya bisa saja melayang jika gagal melakukan free fall.

Ancaman seperti parasut yang tak mengembang, hingga kecelakaan yang menyebabkan cedera saat mendarat selalu menghantui pikirannya. Meski demikian, kecintaannya pada olahraga itu tak pernah membuatnya takut.

"Rasa takut pasti selalu ada, tapi karena sudah hobi jadi yah saya juga jadi terbiasa. Saya pernah alami, payung utama tidak ngembang sempurna waktu terjun, itu waktu di Bandung dan Australia, tapi saya tidak panik dan berusaha tetap tenang," kata dia.

Parasut yang tak mengembang sempurna itu menjadi salah satu momen yang selalu diingat oleh Indri. Selain itu, ia juga pernah nyasar saat terjun, dan mendarat bukan di lokasi target.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved