Ketua PARFI Sulsel dan Uceng Bahas Museum Film Makassar
fenomena munculnya dua film berbasis budaya Bugis-Makassar, Silariang, adalah salah satu indikator kreativitas sinematografi di Makassar.
Penulis: Abdul Azis | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur Abdul Aziz Alimuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Ketua Umum Persatuan Artis FIlm Indonesia (PARFI) Sulsel Syahriar Tato mengundang Juru bicara Wakil Presiden Jusuf Kalla, Husain Abdullah, ke Sekretariat DPD PARFI Sulsel, Jl Bau Mangga, Panakkukang, Makassar, Minggu (8/1/2017).
Undangan mantan Kepala Dinas Sumber Daya Pengelolaan Air (SDA) Sulsel tersebut terkait rencananya menjajaki kediamannya di Panakkukang, menjadi cikal bakal Museum Film Makassar.
Bersama Syahriar, Uceng yang juga dosen Hubungan Internasional FISIP Unhas tersebut adalah inisiator museum film lokal pertama di Makassar.
Kedua sahabat lama ini, membicarakan kembangkitan film lokal Makassar yang menembus pasar Nasional, satu dekade terakhir, serta upaya-upaya kongkret membangun kembali jejak sinrmatografi di Sulsel.
Museum itu akan berisi catatan, dokumentasi, duplikasi film, klipping, profil artis, produser, sutradara, kamera, dan artefak film-film garapan sineas Sulsel sejak era 1960-an hingga kini, akan dikumpulkan dan melalui proses kurasi.
"Pak Syahriar menyambut baik gagasan mengabadikan kebangkitan film lokal Makassar dengan membangun museum. Rumahnya yang selama ini memang jadi sentra film, ruang diskusi sinema dan kafe baca," ujar Erwin sahabat Uceng yang juga ikut dalam pertemuan informil itu.
Erwin adalah Koordinator Tim SAhabat Uceng. Tim jejaring komunitas dan tokoh ini setahun terakhir aktif mengkampanyekan Uceng jadi Wali Kota Makassar.
Syahriar Tato dan Uceng, sama-sama sepakat, fenomena munculnya dua film berbasis budaya Bugis-Makassar, Silariang, adalah salah satu indikator kreativitas sinematografi di Makassar.
"Silariang itu bulan dua versi atau terpecah, tapi itu adalah pemunculan dua kreativitas kelompok sineas, yang punya penafsiran dan pendekatan khas melihat cinta untuk dituangkan di layar lebar," ujar Uceng.
Sekadar diketahui, sejak paruh dekade 2000-an, sejumlah sineas asal Makassar, aktif membuat film layar lebar.
mereka mencontohkan, beberapa film yang menyita perhatian publik, lima tahun terakhir seperti; Bombe I dan Bombe II, Uang Panaik, Athirah, yang tembus ke jejaring bioskop nasional, Studio 21 dan XXI, adalah tonggak-tonggak bersejarah kebangkitan film lokal.(*)