Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Belasan Pelajar SMK 2 Makassar Diduga Nyabu, Ini Kata Psikolog

12 siswa SMK 2 Makassar diamankan pihak sekolah karena diduga pesta narkoba di dalam area sekolah,

Penulis: Fahrizal Syam | Editor: Suryana Anas
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Sejumlah siswa SMK Negeri 2 Makassar menjalani tes Urine oleh Badan Narkotika Kota (BNK) Makassar di Sekolah tersebut Jl Landak, Makassar, Senin (7/11/2016). Sebanyak 14 siswa diamankan setelah ditemukan botol minuman kemasan yang diduga sebagai alat isap narkotika jenis sabu di tempat berkumpul mereka di belakang kelas karena bolos upacara bendera . Setelah diamankan terdapat seorang siswa yang diduga positif menggunakan Narkoba. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR 

Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sebanyak 12 siswa SMK 2 Makassar diamankan pihak sekolah karena diduga pesta narkoba di dalam area sekolah, Senin (7/11/2016).

Salah satu psikolog Dr Asniar Khumas mengomentari hal tersebut. Ia menyebut kejadian tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya pengaruh dari teman sebaya.

"Yang harus dipahami, pengaruh lingkungan dalam hal ini teman sebaya itu sangat kuat. Hampir semua riset yang dilakukan peneliti termasuk saya terkait konsumsi narkoba itu dipengaruhi teman sebaya," kata dia.

Asniar mengatakan orangtua siswa perlu memahami bahwa lingkungan pergaulan anak perlu dikontrol dan dicek.

"Termasuk di sekolah, apa yang mereka lakukan di sekolah, apa yang diperbuat dengan temannya, harus kita ketahui," kata dia.

"Di kampus saya mengajar psikologi pendidikan, salah satu materinya yaitu bagaimana proses pembelajaran menyenangkan yang bisa dilakukan guru di kelas, bahkan interaksi bisa menjadi interaksi yang selalu dinantikan siswa," tambah dia.

Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Sulsel ini melanjutkan, perihal siswa kedapatan diduga nyabu, harus diketahui bagaimana kondisi sekolah tempat siswa ini belajar.

"Apakah kondisinya masih kondusif atau tersedia seperti itu. Saya selalu mempertanyakan, bahkan kepada diri saya sendiri. Apakah kita sebagai guru, dosen, dan lain-lain telah melakukan tanggung jawab kita dengan benar?" Pungkas dia.

"Artinya apa, apakah tugas kita mendidik sudah dilakukan dengan dedikasi. Passionnya ada tidak? Jangan sampai kita hanya mengajar untuk sekadar menggugurkan kewajiban, sehingga siswa tidak merasa kita sebagai gurunya ada di dalam hati siswa," sambung dia.

Menurutnya, saat ini peran sekolah dan keluarga perlu dicek lagi. Dunia pendidikan perlu melakukan refleksi besar-besaran terkait semakin beraninya anak-anak melakukan hal yang tidak sepantasnya dilakukan.

"Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa dalam kasus ini, tapi kalau sekiranya sistem itu berjalan dengan baik, tidak akan ada masalah atau patologi sosial, atau penyakit psikologis," ujarnya.

Ia juga mengatakan pihak guru perlu memahami bagaimana perkembangan psikologis peserta didik. "Remaja itu berada dalam tahap perkembangan yang seperti sedang mengalami masa badai dan tekanan, remaja itu kondisinya seperti itu," terang dia. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved