Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

5 Difabel Sulsel Bakal Mendaki Gunung Latimojong

Di puncak gunung tertinggi di Sulawesi itu mereka akan merayakan Hari Difabel Internasional (HDI) yang diperingati setiap 3 Desember.

Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (Perdik) menyampaikan rencana Ekspedisi Difabel Menembus Batas di Cafe DZ, Jl Sultan Alauddin, Kota Makassar, Jumat (28/10/2016). Ekspedisi ke Gunung Latimojong ini berencana diikuti tiga tunanetra dan dua orang daksa serta puluhan relawan pencinta alam. 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Sebanyak lima difabel Sulawesi Selatan berencana mendaki Gunung Latimojong, 29 November hingga 6 Desember 2016.

Di puncak gunung tertinggi di Sulawesi itu mereka akan merayakan Hari Difabel Internasional (HDI) yang diperingati setiap 3 Desember. Gunung ini memiliki ketinggian 3.478 mdpl.

Direktur Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan (Perdik) Abd Rahman menyampaikan hal itu melalui rilisnya ke tribun-timur.com, Jumat (28/10/2016) sore.

“Rencana ini kami beri nama Ekspedisi Difabel Menembus Batas. Ekspedisi ini melibatkan tiga tunanetra dan daksa 2 orang,” terang Rahman via whatsApp.

Difabel adalah orang yang kehilangan atau mengalami ketidaknormalan, baik bersifat fisiologis, piskologis, maupun kelainan struktur atau fungsi anotomis.

Ekspedisi ini bukan sekadar diikuti difabel. Tetapi juga oleh orang-orang muda yang memiliki perhatian terhadap isu-isu difabel plus sejumlah relawan yang mendukung persiapan-persiapan teknisnya.

Menurut Rahman, ekspedisi ini akan diikuti beberapa lembaga. Di antaranya Perdik Sulsel, Makassar Rescue (MR), Kelompok Pencinta Alam (KPA) Capung Nusantara dan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Makassar.

Turut serta Forum Pemerhati Lingkungan (FPL) Makassar, BEM STIKS Tamalanrea, Kata Kerja, KPA Sikolong, KPA Pakis dan Kepal (Kelompok Pencinta Alam dan Lingkungan).

“Ini adalah tim inti dan tidak menutup kemungkinan dalam prosesnya ke depan ada beberapa organisasi lagi yang akan bergabung,” ujar Rahman.

Menurut Koordinator Ekspedisi Difabel Menembus Batas Eko Peruge, mereka memilih Gunung Latimojong didasari pertimbangan keinginan ekspedisi ini memiliki gaung yang lebih besar.

“Kami ingin publik tahu bahwa difabel di tengah keterbatasan yang dimilikinya mampu mengatasi semua itu dan bisa mendaki gunung tertinggi di Pulau Sulawesi ini.” kata Eko.

Harapannya, jika publik tahu bahwa difabel mampu mendaki maka itu berarti ia pun mampu melakukan aktivitas lainnya.

Dengan cara itu, mereka berharap stigma negatif yang selama ini dilekatkan negara maupun masyarakat pada umumnya dapat dihapus dengan upaya-upaya yang mereka bangun bersama-sama.

Kegiatan ini juga dalam rangka menyampaikan gagasan pentingnya inklusi dan aksesibilitas bagi difabel di seluruh sektor penghidupan.

Selain itu, kami juga akan menyosialisasikan perlunya gagasan ‘difabel adalah aset desa’ dan untuk itu difabel perlu dilibatkan dalam setiap kegiatan sosial maupun pemerintahan di desa.

Sosialisasi ini akan dilakukan di Desa Karangan yang merupakan pos awal sebelum pendakian dilakukan.

Eko menambahkan, selama perjalanan nanti, mereka akan mencatat seluruh pengalaman dari setiap tapak dan pos-pos pendakian.

Mereka ingin mengabarkan kepada khalayak luas bahwa proses pendakian bagi pendaki difabel adalah pengalaman penting dalam mengatasi keterbatasan.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved