Pilkada Takalar 2017
CRC: Meski Didera Isu Tersangka, Bur-Nojeng Sulit Dikalahkan
Wahyu menyebut setidaknya tiga alasan soal isu korupsi akan berdampak pada perusakan elektabilitas petahana atau tidak.
Penulis: Abdul Azis | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur, Abd Azis
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Takalar akan dilangsungkan 5 Februari 2017 mendatang.
Sang petahana, yang berpasangan kembali dengan wakilnya Ibrahim Natsir, Burhanuddin Baharuddin diterpa isu tersangka dalam kasus pemberian izin prinsip penjualan lahan negara di Desa Laikang.
Isu tersebut dihembuskan bertepatan dengan pengambilan nomor urut pasangan, Selasa lalu.
Kendati menyisakan waktu kurang lebih tiga bulan lagi, isu tersebut ditengarai sulit mendowngrading elektabilitas petahana yang berjarak cukup jauh dengan sang penantang, Syamsari Kitta-H. Ahmad Dg Se’re.
Hal tersebut seperti dikatakan Manager Riset Celebes Research Center, Andi Wahyudin dalam rilisnya, Kamis (27/10/2016).
“Walaupun isu ini terus digoreng oleh penantang Bur-Nojeng, di waktu yang tersisa sulit membalikkan dukungan pemilih lebih dari 50%. Berdasarkan data kami di akhir Agustus, strong voters petahana lebih dari 52%,” ujarnya.
Kondisi politik di Takalar juga sangat menguntungkan incumbent. Dengan cuma adanya dua pasangan calon yang bertanding, kompetitor seraya tak punya bantuan untuk melakukan kerja-kerja politik kecuali dengan dayanya sendiri.
“Kasus ini kan mirip dengan keadaan di pilkada Maros dan Barru saat 2015 lalu. Petahana di dua daerah tersebut, diterpa isu yang sama, soal korupsi. Namun keduanya bisa bertahan dan memenangkan pertarungan,"katanya.
"Takalar ini lebih mirip dengan Maros. Bupati dan Wakilnya sama-sama berpasangan kembali. Berbeda dengan Barru yang memang sudah pecah kongsi jauh sebelum tahapan pilkada dilangsungkan. Di Barru dan Maros pun diikuti lebih dari dua paslon,” lanjut Wahyu.
Wahyu menyebut setidaknya tiga alasan soal isu korupsi akan berdampak pada perusakan elektabilitas petahana atau tidak. Pertama, katanya, adalah soal patron preferensi pemilih dalam menentukan pilihannya.
“Kita harus lihat dulu alasan kebanyakan pemilih dalam menentukan pilihannya. Apakah soal bersih dari isu korupsi menjadi alasan utama pemilih dalam menentukan pilihannya atau tidak? Berdasarkan data kami, lebih dari 43% pemilih mendasari pilihannya karena melihat kinerja kandidat,"
"Dasar yang kedua adalah terkait merakyat atau tidaknya figur tersebut. Alasan yang ketiga, karena melihat kepribadiannya. Apakah figur tersebut dipersepsi sebagai sosok yang baik atau tidak. Nah, soal bersih dari isu korupsi menjadi alasan kesekian. Cuma 0,5%,” tegasnya.
Kedua, pengaruh isu korupsi juga bisa berdampak tergantung dengan kekuatan figur yang disangkakan kasus tersebut.
“Petahana ini dipersepsi sebagai figur yang berhasil menghadirkan perubahan di Takalar. Indeks kepuasan masyarakat terhadap kinerja petahana cukup tinggi, 77,8%. Ini menunjukkan petahana sebagai figur yang kuat di Takalar. Sehingga cukup sulit mengubah persepsi masyarakat, apalagi dengan waktu yang singkat,” katanya.