Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ada Gadis Manis Berhijab Jual Jus di PTB Maros, Yuk Mampir ke Kafenya

Marini memutuskan pendidikannya, lantaran tidak ada saudaranya yang bisa membantu orangtuanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Penulis: Ansar | Editor: Ina Maharani
TRIBUN TIMUR/ANSAR
Wisata kuliner Maros Pantai Tak Berombak (PTB) menjadi pusat nongkrong warga Maros, di malam hari.Di antara para pedagang, salah satunya adalah gadis muda yang cantik, Marini (19). Bersama ayah dan ibunya, ia berjualan di Kafe Bunda, PTB 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe

TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Wisata kuliner Maros Pantai Tak Berombak (PTB) menjadi pusat nongkrong warga Maros, di malam hari. Puluhan pedagang menjajakan berbagai jenis kuliner disini.

Di antara para pedagang, salah satunya adalah gadis muda yang cantik, Marini (19). Bersama ayah dan ibunya, ia berjualan di Kafe Bunda, PTB.

Marini, gadis cantik berhijab ini memilih tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi setelah menyelesaikan sekolahnya di SMA 3 Lau, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan tahun 2014 lalu.

Putri tunggal pasangan Iwan dan Ani ini lebih memilih untuk membantu orangtuanya untuk berdagang.

Kafe Bunda ini berjulan di sudut kanan depan kantor Kementrian Agama (Kemenag Maros). Jus racikannya juga tidak kalah enak dengan yang lain. Jusnya lebih terasa dan lebih kental.

Jika siang, Marini bertugas untuk mencari buah alpukat, wortel, jeruk, buah naga, melon, apel, sirsak di pasar sentral Maros dan Batangase, untuk dibuat menjadi jus.

Ayah Marini, Iwan, bekerja sebagai sopir petepete. Sementara ibunya tidak bekerja. Jika ingin berjualan pada malam hari, Marini didampingi kedua orangtuanya.

"Kalau siang saya pergi beli buah dengan mengendarai motor. Semua jenis jus yang saya jual harganya rata- rata Rp 10 ribu per gelas," kata warga Jl Pasar Ikan , Bonto Kapetta Desa Allepolea, Lau ini saat ditemui di PTB, Rabu malam kemarin.

Marini memutuskan pendidikannya, lantaran tidak ada saudaranya yang bisa membantu orangtuanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Kafe Bunda, mulai pukul 17.00 wita sampai 23.00 wita. Jika pelanggan sepi, biasanya Marini lebih cepat tutup gerobaknya. Penghasilannya sebagian ditabung dan digunakan untuk keperluan sehari- hari.

Sebelum menjual, Marini bersama ibunya mendorong gerobaknya mulai dari tempat penitipan gerobak di komplek terminal Maros, jaraknya sekitar 300 meter arah utara PTB. Ia tidak pernah malu saat dilihat oleh temannya.

"Sekitar jam empat sore, saya sama ibu pergi dorong gerobak mulai dari terminal sampai disini. Kadang ada teman saya yang melihat, tapi saya tidak pernah malu. Ini pekerjaan halal," katanya.

Dia bekerja keras dengan harapan cita-citanya sebagai pengusaha muda bisa tercapai. Dia optimis akan membeli ruko atau toko untuk dijadikan tempat penjualan jus.

Setiap kali membuat jus, Marini tidak pelit menggunakan buahnya. Setiap malam dia memiliki pelanggan sekitar 20 orang. Padahal ia baru melakoni usahanya setahun terakhir.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved