Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ramadan 1437 Hijriah

Berdiri Sejak 1605, Inilah Masjid di Masa Sultan Alauddin

Masjid Nurul Haq menjadi masjid tertua kedua setelah Masjid Katangka yang ada diperbatasan Kabupaten Gowa

Penulis: Waode Nurmin | Editor: Suryana Anas
Berdiri Sejak 1605, Inilah Masjid di Masa Sultan Alauddin - nurulhaq_20160621_183731.jpg
TRIBUN TIMUR/WA ODE NURMIN
Berdiri sejak 1605, Masjid Nurul Haq menjadi masjid tertua kedua setelah Masjid Katangka yang ada diperbatasan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Masjid yang berada di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulsel ini, sudah dibangun di masa Sultan Alauddin.
Berdiri Sejak 1605, Inilah Masjid di Masa Sultan Alauddin - nurulhaq2_20160621_183800.jpg
TRIBUN TIMUR/WA ODE NURMIN
Berdiri sejak 1605, Masjid Nurul Haq menjadi masjid tertua kedua setelah Masjid Katangka yang ada diperbatasan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Masjid yang berada di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulsel ini, sudah dibangun di masa Sultan Alauddin.

Laporan Wartawan Tribun Timur Wa Ode Nurmin

TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA- Berdiri sejak 1605, Masjid Nurul Haq menjadi masjid tertua kedua setelah Masjid Katangka yang ada diperbatasan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Masjid yang berada di Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulsel ini, sudah dibangun di masa Sultan Alauddin.

Imam masjid, Muhammad Yunus (40) yang diajak berbincang terkait sejarah singkat, mengatakan, masjid itu dibangun di atas lahan 1.400 meter, milik seorang warga kala itu bernama Arum Matuo ri Wajo.

"Dia kemudian mewakafkan tanahnya dan setelah itu dibangun lah masjid ini. Dengan ukuran 9 X 9 meter," katanya.

Barang peninggalan yang tersisa dari masa Kerajaan Gowa di masjid itu hanyalah desain kaligrafi yang ada di atap mimbar.

"Selain itu ada juga beduk yang sampai sekarang masih digunakan. Hanya dua itu saja peninggalan yang belum diganti. Yang lain itu baik bangunan dan atap semua diganti, ".

1989 masjid Nurul Haq direnovasi besar-besaran. Dana pembangunan sepenuhnya ditanggung oleh bapak Jusuf Kalla. Yang saat itu masih berprofesi pengusaha dan belum dikenal sebagai sosok dalam pemerintahan.

Kala itu juga, seorang yang memimpin jamaah, bukan disebut sebagai imam masjid, namun dikenal dengan sebutan Androng Guru Mokking.

"Yang dalam bahasa Indonesia nya berarti mukim. Karena saat itu, masjid ini menjadi satu-satunya di wilayah selatan Kerajaan Gowa, selain Katangka. Dan menjadi pusat pendidikan islam. Jadi setiap warga yang hendak belajar islam dimukimkan disini, " katanya.

Nanti setelah empat periode, penyebutan Androng Guru Mukking diganti menjadi nama imam masjid setelah Islam menjadi agama resmi kerajaan.

Yang saat itu menjadi Guru Mukking hingga periode keempat.

1. Abdul Rahman Daeng Tullo
2. Sawedi Daeng Mannyi
3. Abdul Gafar Daeng Pawero
4. Abdul Rahman Daeng Ngampa

Kejadian mistis pun pernah terjadi saat masjid tersebut hendak di renovasi.

Dari cerita Yunus, masjid itu memiliki penyangga tiang utama yang berdiri ditengah. Setelah dipindahkan oleh pekerja, keesokan harinya kayu tersebut kembali ditempatnya semula.

"Kisah lainnya, ketika masa peperangan, Belanda yang menjatuhkan bom ke arah masjid ini tapi atas kebesaran Sang Pencipta, bom itu ternyata tidak meledak," ujar Yunus yang menjadi imam masjid ketujuh dari sebelumnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved