Ketua Demiseoner FLP UIN Alauddin: Organisasi Bukan Alasan Telat Sarjana
Ketua demiseoner, Reski Indah Sari adalah sosok perempuan yang berhasil membawa organisasi ini meraih prestasi
Penulis: Hasrul | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasrul
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Forum Lingkar Pena (FLP) Ranting UIN Alauddin Makassar menggelar Musyawarah Ranting (Musrand) ke-2 di Lt Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) UIN Alauddin Makassar, Minggu (22/5/2016).
Ketua demiseoner, Reski Indah Sari adalah sosok perempuan yang berhasil membawa organisasi ini meraih prestasi di berbagai bidang selama satu periode kepengurusanya.
Perempuan kelahiran, Soppeng 8 November 1994, mengatakan menjadi ketua dalam suatu organisasi memberikan tantangan tersendiri untuk seorang perempuan.
Karena seorang ketua harus berani untuk meninggalkan zona nyaman, harus berani menghadapi masalah, menghadapi tantangan dan melihat peluang untuk kemajuan organisasi.
Eki, sapaan anak kedua dari empat bersaudara ini mengatakan satu kompetensi guru professional di jurusannya adalah kepemimpinan, menurutnya kepemimpinan itu dikembangkan, bukan ditemukan.
"Pengalaman untuk memimpin bukanlah pekerjaan yang secara teoritis bisa dengan mudah didefinisikan, namun memimpin itu adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan pengalaman" jelas mahasiswi Pendidikan Agama Islam yang baru saja menyelasaikan studinya.
Ada begitu banyak cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan, mengembangkan dan mengasah jiwa kepemimpinan, salah satunya adalah menceburkan diri dalam dunia organisasi, lanjutnya.
"Dengan organisasi maka mahasiswa akan mampu mengembangkan segala potensi yang dimiliki, komunikatif, kritis, semangat, idealis, dan inovatif" ujar Eki.
Seorang mahasiswa yang aktif berorganisasi/lembaga kuncinya adalah manajemen waktu yang baik, berusaha membagi waktu, mengatur jadwal, melihat yang lebih prioritas yang lebih penting.
"Dari awal, saya meniatkan untuk lulus 3 tahun 6 bulan untuk membuktikan bahwa dunia organisasi tidak akan mengganggu akademik seseorang" jelasnya.
Dunia akademik dan organisasi saling melengkapi satu sama lain, banyak pengetahun yang kita dapatkan diluar bangku kuliah, lanjut mahasiswi yang pernah mewakili UIN Alauddin Makassar pada ajang Nasional PIONIR ke-VII di IAIN Datokarama Palu dalam lomba riset.
Seorang ketua harus belajar menghargai dan menghormati segala perbedaan yang ada, mulai dari pikiran, kebiasaan bahkan perbedaan madzhab sekalipun.
"Komunikasi adalah kunci utama dalam memimpin karena dengan komunikasi yang baik maka semua tantangan, permasalahan dan perbedaan bisa terselesaikan," jelasnya.