SilkAir Indonesia Fam Trip to China
Menengok Naga Kuning di Huanglong China
Karena udaranya di bawah nol derajat, setiap pelancong sangat disarankan mengenakan jaket tebal, sepatu, syal dan kaos tangan.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Ina Maharani
Laporan wartawan Tribun Timur Jumadi Mappanganro
HUANGLONG, TRIBUN-TIMUR.COM - Suhu di bawah nol derajat Celcius menerpa rombongan SilkAir Indonesia Fam Trip to China saat tiba di salah satu puncak pegunungan di Huanglong, Sabtu (16/4/2016) siang.
Huanglong adalah daerah yang terletak di barat laut Provinsi Sichuan, China.
Di sinilah hidup sebagian binatang langka seperti panda raksasa dan monyet emas berhidung pesek. Oleh warga setempat monyet langka ini diberi nama Sichuan.
Puncak gunung yang kami datangi ini berada di ketinggian 3.530 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dikelilingi hutan pinus dan pegunungan batu berselimut salju.
Dari puncak inilah para pelancong bisa melihat lembah Huanglong yang menjadi lokasi terfavorit di daerah ini.
Sebab di lembah inilah bertaburan kolam warna-warni dalam berbagai ukuran dan bentuk berbeda serta air terjun. Kolam ini terbentuk dari formasi batu kapur.
Karena endapan kalsium karbonat berlapis itulah lembah ini terlihat berwarna kuning. Memanjang sekitar 3,6 km di lembah Huanglong.
Sehingga jika dilihat dari ketinggian, lembah ini terlihat seperti naga emas berjalan meliuk-liuk di tengah hutan dan pegunungan batu.
"Karena kemiripan ilusi tentang naga emas itulah warga setempat menyebut lembah ini dengan nama Huanglonggou," jelas Lui (32), pemandu kami, saat tiba di Huanglong.
Huanglonggou dalam bahasa Indonesia disebut Lembah Naga Emas.
Untuk menyaksikan pemandangan tersebut, rombongan SilkAir Indonesia Fam Trip to China berangkat dari Howard Johson ke terminal cable car di Huanglong, Jumat (16/4/2016) sekira pukul 08.30 waktu setempat.
Howard Johson adalah hotel bintang lima yang kami tempati menginap di Jiuzhaigou.
Jarak dari Howard Johson ke terminal cable car di Huanglong sekira dua jam naik bus.
Dari terminal cable car inilah kami menaiki kereta gantung menuju spot yang bisa menyaksikan Lembah Naga Emas.
Untuk bisa naik kereta gantung ini, dikenakan biaya 280 Yuan atau setara sekira Rp 570 ribu orang untuk sekali pergi pulang.
Terminal yang dikelola pemerintah China ini setiap hari buka mulai pukul 09.00 hingga 17.00 waktu setempat.
Karena udaranya di bawah nol derajat, setiap pelancong sangat disarankan mengenakan jaket tebal, sepatu, syal dan kaos tangan.
Tak hanya itu, bagi yang khawatir sesak nafas, disarankan membawa tabung oksigen murni kecil. Hal ini untuk antisipasi kemungkinan kekurangan oksigen.
"Di sini lebih tipis oksigennya dibanding di Jiuzhaigou," tutur Lui lagi dalam bahasa Inggris.
Rombongan SilkAir Indonesia Fam Trip to China kali ini membawa jurnalis dan 21 agen travel dari Kota Makassar, Medan, Bandung, Jogyakarta, Semarang, Pekanbaru, dan Pekalongan. (*)