Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Waduh, Jika Mau Pakai Ambulan Puskesmas Lau Maros Pasien Harus Bayar

Andrian terpaksa dirujuk ke rumah sakit dengan menggunakan petepete dengan biaya hanya Rp 10 ribu.

Penulis: Ansar | Editor: Ina Maharani
TRIBUN TIMUR/ANSAR
Warga Maccini Baji kecamatan Lau Maros, Andrian menjalani perawatan di rumahnya setelah kecelakaan kerja di SMA 6 Bontoa. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe

TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Warga Maccini Baji kecamatan Lau Maros juga mengeluhkan pelayanan pihak Puskesmas Lau. Pasalnya seorang warga yang kecelakaan kerja Jumat pekan lalu Andrian (19) tidak difasilitasi ambulans.

Padahal pihak Puskesmas merujuk Andrian ke RSUD Salewangang setelah mengalami kecelakaan kerja saat berada di lantai dua di SMA 6 Bontoa.

Seorang keluarga korban, Munawir mengatakan, Andiran sempat dibawa ke Puskesmas Lau oleh keluarganya karena mengalami kecelakaan kerja dan punggungnya sakit.

Setelah dilarikan ke UGD Puskesmas Lau, pihak puskesmas menyatakan tidak mampu menangani pasien sehingga dirujuk ke RSUD Salewangang.

"Andrian mengalami sakit tulang belakang sehingga harus dirujuk ke Salewangang. Jadi keluarga meminta, kalau mau dirujuk sebaiknya menggunakan ambulans Puskesmas Lau," ujarnya.

Namun petugas Puskesmas meminta uang sebagai persyaratan untuk menggunakan ambulans itu untuk merujuk pasien. Hanya saja pihak puskesmas tidak menentukan tarif tersebut.

Anggaran tersebut, belum termasuk biaya jika pasien diinfus diatas ambulans saat sementara perjalanan.

"Jadi kami dari keluarga menolak untuk menggunakan ambulans itu. Kami bingung jangan sampai kami gunakan ambulans itu, tapi saat di rumah sakit, dia meminta uang lebih dari kemampuan kami," ujarnya.

Andrian terpaksa dirujuk ke rumah sakit dengan menggunakan petepete dengan biaya hanya Rp 10 ribu.

Munawir mengatakan, Andrian merupakan tulang punggung keluarga dan hanya berprofesi sebagai buruh bangunan. Andrian kini tinggal bersama dengan ibu kandungnya, Neni (45) dan enam saudaranya setelah ayahnya, Amir meninggal dunia lima tahun lalu.

"Karena belum punya BPJS dan keterbatasan biaya, Andrian menolak untuk dirawat di rumah sakit dan memilih untuk dirawat di rumahnya," katanya.

Kepala Puskesmas (Kapus) Lau, Dokter Sry Syamsinar yang dikonfirmasi melalui telepon selelur tidak merespon. Pesan singkat yang dikirimkan wartawan juga tidak dibalas.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved