Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bayi yang Lahir Tanpa Anus di Maros Butuh Bantuan

Anak pasangan Budi (41) dan Furnaniati (30) warga BTN GMI blok D20 Bontoa tersebut dirawat inap di ruang perawatan bayi RSUD Salewangang Maros

Penulis: Ansar | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUN TIMUR/ANSAR
Furnaniati yang masih berprofesi sebagai guru honorer SD 178 Inpres Bontoa bersama putranya Muh Ali yang tidak memiliki anus di ruang Bayi RSUD Salewangang Maros. 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe

TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Seorang bayi malang Muhammad Ali, yang lahir tanpa lubang anus Jumat pekan lalu di rumah bersalin di Bontoa Kecamatan Mandai, Maros membutuhkan bantuan.

Anak pasangan Budi (41) dan Furnaniati (30) warga BTN GMI blok D20 Bontoa tersebut dirawat inap di ruang perawatan bayi RSUD Salewangang Maros setelah dirujuk pada Sabtu pekan lalu.

Furnaniati yang masih berprofesi sebagai guru honorer SD 178 Inpres Bontoa, saat ditemui di RS tidak bisa menahan tangisnya. Dia merasa sangat kasihan kepada anak keempatnya tersebut.

"Anak saya ini lahir tanpa lubang anus di rumah bersalin. Tapi dia di rujuk kesini (RS). Saya baru tahu kalau tidak ada lubang anusnya saat berada disini," ujarnya, Senin (14/3/2016).

Saat dirawat di rumah bersalin, bidan yang bertugas tidak menyampaikan jika anaknya tersebut tidak memiliki anus. Bahkan Muhammad Ali baru dirujuk setelah menginap di rumah bersalin tersebut.

Furnaniati melanjutkan, Ali dilahirkan sekitar pukul 9.00 wita, setelah mengalami rasa sakit sekitar sejam.

"Saya melahirkan pada Jumat tanghal 11 sekitar pukul 9.00 di rumah bersalin. Tapi ternyata anak saya ini tidak ada anusnya. Saat saya di USG dulu, semua sehat," ujarnya.

Dia menjelaskan, saat ini putranya tersebut buang air besar melalui mulut. Dokter telah memasang alat bantu di mulut balita tersebut.

"Dia buang air lewat mulut. Adami selang- selangnya dipasangkan oleh dokter. Jadi kalau ada yang masuk ke mulutnya namuntahkan lagi," katanya.

Guru honorer yang berpenghasilan Rp500 ribu perbulannya itu meminta bantuan kepada pemerintah kabupaten Maros dan masyarakat lainnya untuk biaya operasi anaknya.

Pasalnya, gajinya dan gaji suaminya yang berprofesi sebagai buruh tidak cukup untuk membiayai operasi anaknya.

"Seharusnya dioperasimi. Tapi dokter meminta saya untuk menyediakan uang Rp30 juta sampai Rp 50 juta. Dimanaka kasian mau ambil uang sebanyak itu. Suami saya gajinya Rp 50 perhari. Itupun kalau ada yang panggil angkat barang," ujarnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved