Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Menumpang Mobil Penjemput Supersemar Milik Jenderal M Jusuf

"Petta Ucu (jenderal M Jusuf) kalau bawa mobil selalu kencang," Kata Herry saat mobil beranjak dari Bengkel Bintang Timur di Jl Gunung Latimojong.

Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Anita Kusuma Wardana
TRIBUN TIMUR/THAMZIL THAHIR
Mobil jip milik Jenderal M Jusuf yang membawa surat perintah sebelas maret (supersemar) 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Kalaulah ada mobil paling bersejarah untuk Republik Indonesia, maka itu adalah jip Toyota Land Cruiser FJ60.

Kini jip hijau muda diidentifikasi dengan nomor polisi DD 113 SS. "Itu sebelas maret Super Semar," ujar Andi Herry Iskandar, kepada Tribun, Jumat (11/3/2016) di Jl Sungai Tangka No 23, Makassar.

Herry, mantan Walikota Makassar adalah keponakan si pemilik jip made in Japan itu, Jenderal M Jusuf Amir (1928-2004).

Kenapa bersejarah?

Setengah abad silam, tepatnya Jumat 11 Maret 1966, malam, jip itulah yang dipakai 3 jenderal TNI Angkatan Darat "menjemput" Surat Perintah 11 Maret (Supesemar) di Istana Bogor.
Brigjen M Jusuf jadi supir.

Di kursi depan duduk Menteri Dalam Negeri Mayjen Basuki Rahmat, dan di jok belakang Basuki Rahmat, duduk menyamping Pangdam Jaya Brigjen Amir Mahmud.

Oleh Panglima Tertinggi TNI/ Presiden Soekarno' kala itu, M Jusuf dipercaya sebagai Menteri Perindustrian.

Dari Istana Merdeka, Brigjen M Jusuf menyetir mobil itu 52 km ke barat Jakarta.
Ketiganya menyusul Soekarno, yang siang harinya, sudah terbang menumpang helikopter kepresidenan ke Istana Bogor.

Herry menceritakan, mendiang pamannya pernah bercerita tentang nilai sejarah jip itu di masa transisi pemerihan pasca G30S-PKI tahun 1965.

"Di sini Pak Basuki Rahmat, di tempatmu duduk sekarang, Pak Amir Mahmud," ujar Herry menunjuk posisi duduk tiga jenderal penjemput dekrit presiden Soekarno tentang pengamanan ibukota negara.
Kemarin, posisi M Jusuf diisi Hudly Huduri, Regional Manager Panin Bank Makassar. Harry memilih posisi Mayjen Basuki Rachmat.

Sedangkan posisi Amir Mahmud, diisi Tomi Lebang, mantan editor Mingguan Berita TEMPO.
Tribun sendiri, bersama Harleruddin Elu, fungsionaris PKPI Sulsel duduk di jok belakang supir.

"Petta Ucu (jenderal M Jusuf) kalau bawa mobil selalu kencang," Kata Herry saat mobil beranjak dari Bengkel Bintang Timur di Jl Gunung Latimojong, ke Jl Lanto Dg Pasewang.

Dikisahkan, Herry adik kandung M Jusuf, mendiang Andi Baso Amir, pernah bercerita bahwa jika menyetir jip, spedometer di dashboard menunjukkan angka 90 hingga 100 km per jam.

Usai menjajal jip itu, dilaman facebooknya, Tomi Lebang menggambarkan dengan apik momen bersejarah 50 tahun lalu itu.

"Tiga jenderal tadi kemudian kembali ke Jakarta dengan mobil jip, menyusuri jalan raya Bogor yang masih lengang. Embun mulai turun. Langit subuh hari masih gelap. Di belakang, Amir Mahmud menyorotkan senter ke surat yang dipegang Basuki Rahmat.

"Lho ini kan perpindahan kekuasaan...," seru Amir Mahmud.

Surat itu -- yang kemudian dikenal dengan Supersemar -- diserahkan kepada Soeharto di Markas Kostrad di kawasan Gambir pada malam harinya.

Surat Perintah Sebelas Maret menandai akhir era Soekarno, dan menjadi awal kekuasaan Orde Baru yang panjang.

Dalam biografi Soeharto: A Political Biography yang ditulis Elson, Robert (2001), ditulis, dua hari setelah Soekarno meneken supersemar, Minggu 13 Maret 1966, Soekarno marah besar, saat tahu Soeharto bubarkan PKI.

Soekarno memanggil lagi tiga penumpang jip hijau, 11 Maret 1966.

"Ketiganya tak pernah lagi datang, memenuhi undangan Panglima Revolusi tertinggi itu."

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved