Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Berkuasanya 'Geng Sulawesi' dan Sosok Menakutkan Daeng Aziz di Kalijodo

Kini hanya tersisa Kelompok Mandar dan Bugis

Editor: Ilham Arsyam
wartakota.com
Kawasan Kalijodo, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (9/2/2016) yang rencananya akan ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 

JAKARTA,TRIBUN-TIMUR.COM - Kekuatan besar di Kalijodo kini disebut hanya Daeng Aziz, pria tanah Bugis, Sulawesi Selatan yang kini usianya hampir 60 tahun.

Dia pernah masuk penjara selama 3 bulan akibat aksinya saat konflik antar kelompok penguasa Kalijodo pada tahun 2002 lalu.

Dua kelompok besar di Kalijodo berasal dari Sulawesi yaitu kelompok Bugis (Sulsel) dan Mandar kini masuk Sulawesi Barat.

Daeng Aziz merupakan tokoh pemimpin kelompok Bugis di Kalijodo.

Sampai kini, dari 5 kelompok penguasa yang disebut Komisaris Besar Krishna Murti dalam bukunya berjudul 'Geger Kalijodo', hanya tersisa 2 kelompok saja.

Kini hanya tersisa Kelompok Mandar dan Bugis. Dan kelompok Daeng Aziz yang sampai kini masih disegani dan ditakuti oleh warga setempat, bahkan pejabat pemerintahan di Kecamatan Penjaringan.

Ketua RT 1/5 Kelurahan Pejagalan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara- lokasi Kalijodo berada, yakni Timan (70), menyebut orang-orang Sulawesi mulai datang ke Kalijodo sejak tahun 1965-an.

Sama seperti Daeng Aziz, Timan juga datang di tahun 1965.

Dia baru dipecat dari Angkatan Laut, ketika mendadak ada rekrutan besar untuk anak-anak muda Bugis bekeja di Jakarta.

Rekrutan itu dilakukan untuk mempekerjakan anak-anak bugis di pabrik baja dan bihun yang ada di Kalijodo di tahun 1965-an.

"Saya kemudian bekerja di pabrik baja. Bagian produksi," kata Timan kepada Wartakotalive.com ketika ditemui di rumahnya, Rabu (10/2/2016).

Saat itu, kata Timan, ada sekitar 500 anak-anak Bugis yang datang bersamanya dan mendarat di Kalijodo.

"Banyak sekali, dan tahun-tahun berikutnya masih banyak yang datang lagi," kata Timan.

Tempat Ia bekerja kini sudah tutup dan menjadi bangunan hotel.

Saat datang pertama kali, ucap Timan, lokasi Kalijodo bukan di tempat yang sekarang.

"Kalau yang lokasi sekarang itu tadinya pohon-pohon besar dan hanya ada beberapa rumah penduduk," ucap Timan.

Lokasi Kalijodo yang sebenarnya berada di seberang lokasi sekarang.

Lokasi lama Kalijodo sudah digusur sekitar tahun 2000-an saat Megawati menjabat Presiden.

Setelah itu baru pindah ke lokasi Kalijodo sekarang.

Saat penggusuran terjadi, para pemilik rumah bordil dan minum-minuman keras membeli rumah-rumah penduduk di seberangnya.

Lalu membangun tempat baru yang tetap ada sampai sekarang dan kini mau dibongkar oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.

Kehidupan Warga Kalijodo

Warga penghuni kawasan prostitusi dan perjudian di Kalijodo, Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, mengganggap remeh gagasan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggusur tempat itu.

Secara umum, warga Kalijodo termasuk para pekerja seks komersial (PSK)-nya mengaku akan melawan jika kawasan itu benar-benar digusur.

Mereka mengaku sudah menetap di kawasan ini bertahun-tahun.

Warga juga menolak direlokasi ke Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) yang disediakan Ahok lantaran sudah enak di Kalijodo.

Pantauan Warta Kota, Kamis (11/2) siang, kondisi Jalan Kepanduan II RT 001/ 005, Kelurahan Pejagalan, tampak sepi.

Para PSK yang biasanya beraktifitas di sejumlah pub, kafe, atau klub yang berjejer di jalan itu belum bergeliat.

Tampak sejumlah perempuan penghibur yang bekerja sejak malam beranjak pulang dan tengah membersihkan lokasi hiburan tempatnya bekerja.

Terlihat sejumlah laki-laki berbadan kekar berdiri mengawasi beberapa lokasi hiburan di jalan tersebut.
Di sisi lain, di jalan yang berdekatan dengan Banjir Kanal Barat (BKB) itu hanya terlihat beberapa warga yang tengah beraktifitas seperti biasanya.

Mereka ada yang tengah menjemur pakaian, mencuci motor, menjaga warung makan dan sembako, serta beberapa tukang parkir liar yang mengatur sepeda motor dan mobil, tak jauh dari tempat hiburan itu.

Pada malam hari, tarif parkir mobil Rp 80.000 ditambah uang keamanan Rp 20.000 sekali parkir.

Jalan yang berbatasan dengan Kelurahan Angke, Tambora, Jakarta Barat ini juga terlihat cukup ramai dilintasi kendaraan.
Tidak resah
Sementara itu, di permukiman kumuh di kolong tol Kalijodo atau tepatnya di RW 004, sejumlah warga juga beraktifitas seperti biasa.

Tak tampak dari wajah mereka ada keresahan, menyusul rencana Ahok menggusur ratusan bangunan liar di kolong tol Kalijodo.

Beberapa sopir truk terpantau tengah asyik duduk-duduk sambil menyeruput kopi panas bersama rekan-rekannya di kolong tol Kalijodo yang dijadikan lokasi parkir.

Lebih jauh Warta Kota memantau kawasan permukiman kumuh itu dan tampak sejumlah anak kecil tengah bermain di gang-gang yang sudah disekat dengan bangunan liar berbahan triplek serta kayu.

Suasananya cukup tenang, meski jika ada orang asing masuk ke wilayah itu disambut tatapan sinis oleh warga setempat.

Menanggapi rencana Ahok menertibkan wilayah itu, Bayu (34), salah seorang warga RW 04 hanya tertawa.

Ia yang mengaku bukan preman dan hanya warga biasa penghuni kolong tol Kalijodo berharap jangan sampai terjadi pertumpahan darah jika penertiban tetap dilakukan petugas gabungan.

"Saya nggak tahu kenapa rencana Ahok senekat itu. Di sini, sejarahnya polisi atau petugas berjabatan tinggi sekalipun takut masuk. Dia (Ahok) yang hanya dikenal tegas belum cukup. Saya berharap nggak ada pertumpahan darah. Saya sebagai warga setuju ditertibkan atau dipindahkan ke rusunawa," ucap Bayu sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.

Setelah Bayu pergi meninggalkan WARTA KOTA, terpantau dari kejauhan sejumlah pemuda berkaus hitam tengah nongkrong sembari menunjuk-nunjukkan jarinya.

Tak lama berselang, salah seorang warga meminta Warta Kota untuk tidak melakukan peliputan di Kalijodo.

"Mas, bilang saja ke Ahok... kagak usah nyari masalah. Sudah mas jangan ke sini-sini lagi. Kita masih mau tinggal di sini. Mas ke Pos Polisi (Polpol) Teluk Gong saja, jangan ke sini. Tadi ada wartawan televisi diusir preman. Sudah sana... Sana pergi...!" ucap seorang laki-laki yang sedang duduk di depan rumahnya. (WARTAKOTA.COM/Theo Yonathan)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved