Gerakan Perubahan Sosial HMI
Kejumudan aktifitas organisasi HMI, sedikit demi sedikit telah membuat HMI kehilangan orientasi dalam mengejar pencapaian misi organisasinya.
Perubahan sosial yang terus terjadi seiring dengan perkembangan peradaban umat dan bangsa Indonesia, tentu saja memiliki implikasi bagi tumbuh kembangnya HMI di dunia pergerakan pemuda dan mahasiswa. Terlebih lagi bagi HMI yang sudah mencapai titik jenuhnya dalam berorganisasi selama masa orde baru, HMI berada dalam comfort zone di lingkungan elite dan kekuasaan.
Padahal peran pergerakan pemuda dan mahasiswa yang utama adalah untuk melakukan perubahan, pembaharuan dan pembangunan di dalam masyarakat. Dan HMI dalam hal ini telah kehilangan sentuhan tradisinya untuk melakukan hal tersebut karena kegiatan perkaderan organisasi telah kehilangan ruh kekritisan dan progressifitasnya dan malah berubah menjadi kegiatan rutin belaka.
Oleh karena itu, kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan membaca arus zaman harus menjadi ujung tombak metodologi gerakan agar dapat terus menjaga eksistensi sistem perkaderan dan pencapaian misinya.
Bila pedoman-pedoman organisasi, nilai-nilai dasar perjuangan, anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sekadar dimaknai sebagai dokumen tanpa makna dan tafsir sebagai ruh untuk mencapai tujuan besar organisasi, maka telah sampailah organisasi pergerakan tersebut kepada titik nadir ruh perjuangannya.
Ironisnya gejala-gejala tersebut sedang terjadi di HMI.
Oleh karena itu, cerita soal kebesaran masa lalu dan sistem senioritas menjadi hukum tidak tertulis namun telah menjadi panduan baku bagi kader dan seolah menjadi dogma yang merasuki dan menghantui tiap kader, sehingga kreatifitas kader untuk melakukan perubahan, pembaharuan dan pembangunan terbelenggu oleh beban sejarah. Karena itu, apabila HMI ingin kembali ke jalurnya, maka HMI perlu melakukan penyegaran orientasi aktifitas organisasinya sebagai organisasi pergerakan (Nasir Siregar: 2004).
Sehubungan dengan itu, HMI yang secara hierarki memiliki struktur kepemimpinan yang cukup rapi dituntut untuk membaca arus perubahan zaman di tingkat wilayah masing-masing, dalam artian HMI di tingkat cabang (Kabupaten/kota) dituntut untuk melakukan formulasi gerakan perubahan berdasarkan konteks masalah dan setting sosial pada wilayah cabang tersebut.
Hal ini dianggap penting karena menterjemahkan Mission Sekret HMI dituntut untuk memahami medan perjuangan. Pada konteks inilah HMI Cabang Butta Salewangang Maros harus mampu menemukan suatu formulasi gerakan perubahan dalam mengimplementasikan apa yang menjadi cita-cita ideal HMI.
Manajemen Strategis
Kejumudan aktifitas organisasi HMI, sedikit demi sedikit telah membuat HMI kehilangan orientasi dalam mengejar pencapaian misi organisasinya. Akibatnya HMI selalu terlambat untuk mengantisipasi perubahan zaman baik dalam persoalan day to day politics hingga masalah perumusan masa depan peradaban umat dan bangsa. Untuk itu, diperlukan penyegaran sistem organisasi yang dapat memberikan HMI sebuah early warning system sebagai respon kontemporer terhadap situasi dan kondisi internal maupun eksternal.
Kemunduran HMI disebabkan karena HMI gagal untuk mengambil peran-peran serta posisi yang strategis untuk dapat memimpin perubahan yang terjadi di masyarakat. Setidaknya HMI selama ini hanya berfungsi sebagai pengikut dalam arus perubahan, belum mengendalikan perubahan tersebut.
Manajemen modern memberikan solusi bagi permasalahan organisasi seperti yang dihadapi oleh HMI, yaitu melalui penerapan manajemen strategis yang melibatkan perencanaan strategis organisasi sebagai mekanisme organisasi untuk menetapkan dasar pijakan, arah dan strategi organisasi menghadapi keadaan zaman yang penuh dengan kompetisi, penuh dengan ketidakpastian, dan penuh dengan resiko.
Sistem nilai HMI yang berpedoman pada nilai dasar perjuangan (ideologis), nilai-nilai fundamental (sosiologis), dan misi (politis) harus bisa diderivasi ke level implementasi dilapangan, dan ini membutuhkan fleksibelitas kerja manajemen yang mampu sigap dan tanggap serta tidak gagap menghadapi keadaan kontemporer yang selalu berubah, dengan begitu HMI selalu dapat mengambil posisi dan peran yang strategis dalam perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut.
Ini dikarenakan HMI telah memiliki blue print yang jelas mengenai apa yang akan dilakukan, dan langkah apa yang harus dilakukan bila hal yang direncanakan tidak bisa di implementasikan dilapangan.
Logika dasar dari perencanaan strategis adalah dalam lingkungan dunia yang berubah secara pesat dan tak menentu, suatu organisasi memerlukan kemampuan untuk melakukan perubahan rencana dan manajemen dengan tepat. Maka, kemampuan untuk senantiasa melakukan penangkapan lingkungan eksternal organisasi, serta upaya terus-menerus melakukan penelaahan kemampuan dan kelemahan internal organisasi menjadi prasayarat bagi organisasi untuk tetap eksis.
Dengan kata lain perencanaan strategik merupakan analisa sistematis dan perumusan sasaran ke depan mengenai respon-respon dan pilihan-pilihan, serta pemilihan optimal dan penetapan instruksi-instruksi untuk mengimplementasikannya secara rasional dalam organisasi.
Dengan demikian perencanaan strategis berangkat dari misi dan visi, mandat dan nilai-nilai yang menjadi dasar suatu organisasi untuk berkembang menjadi visi organisasi di masa mendatang.
Proses analisis yang mengaitkan antara misi dan visi, serta perkembangan lingkungan eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal ini akan membawa organisasi menemukan arah yang paling strategis dan paling efektif menuju pencapaian tujuannya. Wallahu a’lam bisawab. (*)
Oleh :
Mansyur
Ketua Bidang PTKK HMI Cabang Butta Salewangang Maros Periode 2014 – 2015