Lakalantas
Sehari 3 Tewas di Jalanan di Sulsel, Ini Desakan Pengamat Keselamatan Publik
Tingkat kecelakaan di Sulsel berada di urutan kelima se-Indonesia. Yang menyedihkan, korban meninggal mayoritas anak di bawah umur.
Penulis: Hasan Basri | Editor: Jumadi Mappanganro
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM -- Ketua Masyarakat Peduli Keselamatan Jalan Raya Sulsel Munzil menyoroti masih tingginya jumlah kecelakaan lalulintas di jalan raya dalam wilayah Sulawesi Selatan.
Munzil mengatakan angka kecelakaan yang terus memakan korban jiwa hingga rata-rata tiga orang meninggal sehari di Sulsel sudah sepatutnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dan aparat kepolisian.
"Tingkat kecelakaan di Sulsel berada di urutan kelima se-Indonesia. Yang menyedihkan lagi, korban meninggal mayoritas anak di bawah umur atau masih belasan tahun. Sebagian lainnya masih umur produktif,” kata Munzil yang dihubungi tribun-timur.com, Minggu (27/12/2015) malam.
Munzil dimintai responnya atas kecelakaan maut di Sulsel yang terjadi dua hari berturut-turut: Sabtu (26/12/2015) hingga Minggu (27/12/2015) malam telah mengakibatkan enam nyawa melayang di jalanan. Empat korban di antaranya masih bocah atau belum berusia 15 tahun.
Keenam korban meninggal tersebut, tiga meninggal karena tertabrak bus di Kabupaten Luwu Utara, dua di Bone dan seorang lagi di Gowa.
Dalam catatan Polda Sulselbar, hanya dalam sebelas bulan: Januari-November 2015, tercatat ada 4.048 kasus lakalantas di wilayah Sulsel. Sebanyak 935 orang di antaranya meninggal. Jumlah ini belum termasuk lakalantas yang terjadi selama Desember 2015.
Dalam catatan tersebut, Makassar adalah kota yang dengan jumlah korban meninggal karena lakalantas tertinggi di Sulsel selama 2015 yakni 791 kasus: 106 orang meninggal. Sedangkan terendah adalah Selayar: 51 kasus, 6 orang meninggal.
Sementara pada tahun 2014 lalu, Polda Sulselbar mencatat 4.025 kasus lakalantas dalam wilayah Sulselbar. Dari Jumlah tersebut didominasi kendaraan bermotor. Sementara jumlah korban meninggal mencapai 1.171 orang. Kemudian luka berat sebanyak 1.281 orang, dan luka ringan 3.933 orang.
Menurut Munzil, untuk mencegah kecelakaan lalulintas perlu ada evaluasi baik di dalam pemerintah ataupun kepolisian. Sebab, kata Munzil , angka kecelakaan bisa diminnimalisir jika ada kemauan berbagai pihak, terutama unsure pemerintah dan kepolisian.
Menurut Munzil, tingginya kecelakaan ini disebabkan beberapa faktor. Pertama jalur kendaraan yang masih belum teratur antara kendaraan roda dua dengan roda empat.
"Kita harus mencontoh Malaysia dan Jogyakarta. Angka kecelakaan di sana lebih minim dibandingkan dengan Sulsel karena di sana jalur kedua kendaraan itu dipisah, “ paparnya.
Selain itu, faktor lain adalah perubahan perilaku masyarakat terkait penggunaan kendaraan. Misalnya, anak yang masih dibawa umur seharusnya dilarang menggunakan sepeda motor.
Faktor ketiga adalah perluhnya ketegasan dari kepolisian untuk mengambil tindakan tegas bila menemukan pelanggaran lalulintas. Juga pro aktif memeriksa kelaikan kendaraan.
Pemerintah khususnya dinas perhubungan, PU, balai jalan dan instansi terkait untuk segera memperbaiki fasilitas jalan-jalan yang rawan kecelakaan.
“Sebab banyak juga kecelakan akibat buruknya fasilitas jalan seperti jalan berlubang, ada gundukan di tengah jalan, minim penerangan jalan, jalanan sempit, hingga median jalan yang tak diberi penerangan yang memadai,” jelas pendiri Korps Suka Rela (KSR) Universitas 45 Makassar (kini Unibos) ini. (*/tribun-timur.com)