Psikolog: Orangtua Harus Realistis Saat Marahi Anak
Menurut Widya, terkadang orangtua harus belajar bagaimana memperlakukan anak yang melakukan kesalahan
Penulis: Nurul Adha Islamiah | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur Nurul Adha Islamiah
TRIBUNTIMUR.COM, MAKASSAR- Terkait dengan kasus bunuh diri yang dilakukan siswi SMP kelas satu di Jl Sunu Makassar, pada Kamis (3/12/2015). Psikolog UNM, Widyastuti mengatakan, kasus tersebut dapat terjadi karena ada dua kemungkinan
Pertama, anak tersebut belum pernah dimarahi sebelumnya sehingga begitu ada masalah langsung ketakutan, ketika dimarahi langsunglah ia merasa dunia telah berakhir. Kedua, anak tersebut keseringan dimarahi oleh orangtuanya sehingga muncullah perasaan traumatik bagi kondisi psikologis anak.
Oleh karena itu, ketika berbuat kesalahan lagi, ia merasa menyerah dan tak ada lagi tempatnya mengadu dan berbagi keluh kesah yang dialaminya.
“Mungkin saja si anak berpikir bahwa orangtuanya lebih memilih kehilangan dirinya daripada kehilangan barang pribadi kesayangannya, seperti handphone,”katanya kepada Tribun Timur, Jumat (4/12/2015).
Menurut Widya, terkadang orangtua harus belajar bagaimana memperlakukan anak yang melakukan kesalahan, pertimbangkan dengan baik, apakah kesalahan yang diperbuat anak sudah sesuai dengan kemarahan yang diterimanya.
“Jangan sampai si anak frustasi karena kemarahan orangtua yang tidak realistis,” tambahnya.
Kebanyakan orangtua memarahi anak tanpa menjelaskan kasusnya. Terkadang pula marahnya orangtua kepada anak tidak realistis. Banyak juga kasus yang terjadi dimana anak dimarahi tanpa mengetahui apa masalah yang telah ia perbat.
Olehnya itu diimbau kepada orang tua yang akan memarahi anaknya agar menjelaskan kesalahan si anak dan lebih bijak lagi menanggapi permasalahan. (*)
