Pengemudi Go-Jek Blak-blakan soal Seringnya Berbuat Curang
"Gampang ketahuan kalau itu mah," kata pria berusia 31 tahun itu.
BOGOR, TRIBUN-TIMUR.COM - Manajemen ojek berbasis aplikasi atau Go-Jek melakukan skorsing (suspend) massal terhadap ribuan pengemudi yang dinilai melakukan pelanggaran.
Kecurangan dalam bisnis Go-Jek ternyata benar adanya. Salah seorang driver Go-Jek asal Bandung berinisial HY mengaku terdapat dua modus kecurangan yang kerap dilakukan drivergojek.
"Pertama fake GPS, kedua pesanan palsu (fake order)," katanya saat ditemui di kawasan Jalan Kopo Bandung, Selasa (1/12/2015).
Dia menjelaskan, fake GPS merupakan sebuah aplikasi dimana pengemudi Go-Jek bisa memperlebar radius pengambilan pesanan meski berada di luar radius pengambilan. Aplikasi itu pun bisa diunduh secara gratis.
"Misalkan, kawasan Dago paling ramai. Nah dengan fake GPS kita bisa masuk ke radius jangkauan. Normalnya, pesanan bisa diambil jika kita berada dijarak kurang dari 10 kilometer dari pemesan. Dengan fake GPS kita bisa ambil meski jaraknya lebih dari 10 kilometer," ucapnya.
Namun aksi tersebut, kata dia, mudah terlacak lantaran proses penjemputan penumpang yang memakan waktu lama.
"Gampang ketahuan kalau itu mah," kata pria berusia 31 tahun itu.
Meski begitu, dia mengaku tidak pernah melakukan kecurangan selama bergabung dengan Go-Jek. "Makanya saya tidak terkena suspend," tambah dia.
Salah satu aksi kecurangan yang lazim dilakukan driver Go-Jekyaitu pesanan palsu (fake order).
Pengemudi Go-Jek dengan panggilan Ave (19) mengatakan, pesanan palsu dilakukan driver dengan menggunakan dua smartphone.
"Sederhananya, dia yang pesan dia juga yang narik. Karena driveryang jaraknya paling dekat biasanya paling cepat menangkap pesanan," tuturnya.
Dia mengaku kerap melakukan aksi licik itu saat akhir pekan.
"Akhirnya saya ketahuan dan dapat suspend serta denda Rp 2 juta," katanya mengungkap.(dendi ramdhani)