Idealisme Pasar di Cambridge: Bukan Discounting Tapi Donating
Idealisme kota yang berjarak 200 km timur London ini berprinsip, orang dari seluruh dunia datang dan mengubah kota tiap saat
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Anita Kusuma Wardana

Laporan Wartawan Tribun Timur, Thamzil Thahir
TRIBUN-TIMUR.COM, CAMBRIDGE-Sebagai kota tua, dan menampung lebih 35 ribu pelajar dari 119 negara, Cambridge, punya cara menanamkan prinsip dan idealisme kepada warganya dan para pendatang.
Idealisme kota yang berjarak 200 km timur London ini berprinsip, orang dari seluruh dunia datang dan mengubah kota tiap saat. Tapi, Cambridge harus seperti dulu, dari sini mereka mengubah dunia.
Ungkapan ini kira-kira mirip dengan motto bahasa latin Cambridge University; Hinc lucem et pocula sacra. Dari sini, kita mengubah dunia.
Ungkapan ini punya akar historis. Setidaknya di Gedung Little Germany, atau White Horse Inn, sebuah gedung tua diantara King Colleges dan Queen Colleges, Reformasi tatanan pemerintahan Inggris Raya, awak abad 16 ditata kembali.
Di gedung Little Germany itulah, gagasan reformasi gereja Kristen Protestan Lutherian dicetuskan, dan gagasan reformasi Martin Luther King, reformis kulit hitam Amerika, digodok.
Kini Cambridge dikenal karena ada 92 alumnusnya jadi peraih Nobel, dan ada belasan yang jadi presiden, perdana menteri, dan hampir 300 alumnusnya yang jadi menteri di berbagai negara di Eropa, Amerika, Asia, Afrika, dan Australia.
Itu contoh idealisme dari kampus yang membawahi 14 colleges di kota Cambridge. Ada contoh lain dari pasar dan pusat perbelanjaan.
Saat akhir pekan lalu, hampir semua gerai berjaringan global memanfaatkan momentum Black Friday sebagai ajang menarik pembeli, beberapa toko dari Inggris memilih cara lain.
Karena Black Friday, bukan tradisi British, melainkan tradisi "urban" Amerika, toko sandang, Fat Face berkampanye lain.
Faham betul bahwa, Black Friday adalah weekend dari peringatan ThanksGiving, toko yang baru berusia 35 tahun ini memilih kalimat; "We're not discounting, we're Donating." Dan diakhiri dengan kalimat: Thanks for Giving.
Toko yang berjaringan dengan supermarket papan atas terbesar di UK, John Lewis, memang tak ikut gelombang diskon besar."Harga mereka tetap normal,.."
Meski tak memberi diskon, pembelinya juga antre. Kebanyakan usia 40 hingga 60 tahun keatas.
Produk toko ini memang khas, koleksi dan pilihan warnanya menunjukkan kelas pasar yang mereka sasar. Middle top.
Di kaca depan,toko dekat jejeran maniken, ada kalimat yang menyebutkan, tiap tahun 250 ribu foundsterling keuntungan jaringan 196 toko mereka di UK, didonasikan untuk komunitas lokal, dan pengemis jalanan.