Inilah Satu-satunya Pria yang Dicium Tangannya oleh Rasulullah
hanya satu pria yang tangannya pernah dicium Rasulullah selain tangan putri Beliau Fatimah Az-Zahra.
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM- Mencium tangan seseorang apalagi itu pejabat atau pemimpin negara tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Dalam catatan sejarah, hanya satu pria yang tangannya pernah dicium Rasulullah selain tangan putri Beliau Fatimah Az-Zahra.
“Itulah tangan seorang pemecah batu, tangannya besar, kasar dan penuh dengan lecet,” kata Pejabat Gubernur Kalsel Tarmizi Abdul Karim saat memberikan sambutan pada peresmian Musala Ibnu Rusdi, Rabu (9/9/2015).
Ketika itu, menurut Tarmizi mengutip hadis, Rasulullah dan rombongan dalam perjalanan pulang dari Tabuk, ketika hendak memasuki Madinah Beliau berhenti dan menghampiri seorang pria lusuh dan menyalamaninya bahkan Rasul mencium tangan pria itu.
Lalu Rasulullah berkata: “Mengapa tangan mu kasar dan banyak luka seperti ini? Dijawab pria itu karena pekerjaannya sebagai buruh memecah batu gunung untuk menafkahi keluarganya”.
Maka Rasulullah bersabda: “Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’
Wallahu a'lam.
Intip Bantal Rasulullah
Bantal dikatakan sebagai menu utama tempat tidur. Jelas, pasar bantal tidak sedikit, harga pun ada yang selangit. Namun tahukah Anda bantal Rasulullah, Nabi Muhammad SAW?
Seperti dilansir Hidayatullah.com, berikut dijelaskan:
عن عائشة رضي الله عنها :كَانَ وِسَادَتُهُ الَّتِى ينَامُ عَلَيْهَا بِاللَّيْلِ مِنْ أَدَمِ حَشْوُهَا لِيْفٌ -الترمذي
Artinya: Dari Aisyah-radhiyallahu 'anha-Bahwasannya bantalnya (Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam) yang mana beliau tidur di atasnya di malam hari (terbuat) dari kulit yang telah disama’, isinya daun kurma. (Riwayat At Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Hafidz As Suyuthi)
Dari penjelasan hadist di atas, rupanya bantal begitu sederhana. Boleh jadi, jauh lebih sederhana dari bantal masyarakat menengah masa kini.
Hadist tersebut juga menunjukkan halalnya menggunakan bantal dan sejenisnya yang berupa alas serta tidur di atasnya.
Akan tetapi, menurut para para ulama mengatakan, lebih utama bagi siapa saja yang sifat melasnya mendominasi, untuk tidak berlebih-lebihan dalam hal isi bantal atau alas.
Karena hal itu menyebabkan banyaknya tidur dan lalai dari menyibukkan diri dari perkara-perkara kebaikan.(banjarmasinpost/Al Allamah Abdur Ra’uf Al Munawi/Hidayatullah.com)