Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Di 7 Foto ini Ada Penampakan Hantunya, Luar Biasa Kalau Anda Melihatnya

Foto itu menampilkan ‘hantu’ sepupunya yang telah meninggal dunia.

Editor: Edi Sumardi
GOOGLE IMAGES
Foto dengan latar belakang penampakan sosok diduga hantu di belakang. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Seiring perkembangan teknologi kamera, gambar-gambar ruh yang misterius juga berkembang, dan Howard Timberlake menemukan bahwa foto-foto ini bahkan didapat dari kamera ponsel Anda.

Bulan februari di Hampton Court Palace di London.

Gadis berusia 12 tahun, Holly Hampsheir mengambil iPhone miliknya untuk memfoto sepupunya, Brook, yang sedang berjalan sendirian di ruang King’s Apartments yang megah. Klik!

Barulah keesokan harinya, mereka menyadari bahwa Brook tidak sendiri di foto itu.

[Foto 'penampakan hantu' masih terjadi hari ini - seperti penampakan 'Grey Lady of Hampton Court'. Sebetulnya ini adalah keanehan dari cara perekaman gambar di iPhone. FOTO: TGE SUN/NEWS SYNDICATION]

Sosok perempuan tinggi yang tampak menggunakan jubah mengikutinya dari belakang. Dalam foto kedua, anehnya, anomali ini hilang.

Apakah ini adalah foto penampakan hantu yang jarang terekam kamera?

Atau ada penjelasan yang lebih….hmm…masuk akal?

Jawabannya, yang akan Anda temukan dalam tulisan ini, akan lebih menjelaskan bagaimana ponsel pintar merekam gambar, daripada menjelaskan sisi supernatural.

Sesungguhnya, ‘hantu perempuan’ ini hanyalah penampakan paling baru dalam sejarah fotografi hantu yang memukau.

Sejak kamera ditemukan, hantu-hantu bermunculan dalam foto.

Dan dengan perkembangan teknologi kamera, jenis baru dari jejak hantu telah muncul.

“Saya adalah orang yang skeptis dari sudut pandang fotografer dan orang yang tidak percaya akan hantu….Sangat sedikit di luar sana yang tidak bisa direkayasa dengan teknik fotografi,” kata Michael Pritchard, Direktur dari Royal Photographic Society.

Indera Keenam dan Kepekaan

Akar dari fotografi hantu dapat ditelusuri dari abad ke 19. Pada periode 1850 hingga 1860-an banyak fotografer yang bereksperimen dengan efek baru seperti gambar stereoscopic dan pencahayaan ganda.

Namun beberapa fotografer yang tidak bermoral segera menyadari bahwa teknik ini dapat dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan.

[Mumler dituduh melakukan penipuan - termasuk foto ini yang menggambarkan Abraham Lincoln. FOTO: LINCOLN FINANCIAL FOUNDATION COLLECTION, ALLEN COUNTRY PUBLIC LIBRARY]

Seorang fotografer amatir Amerika bernama William Mumler dipercaya sebagai orang pertama yang menangkap ‘hantu’ di dalam foto pada awal 1960-an.

Foto itu menampilkan ‘hantu’ sepupunya yang telah meninggal dunia.

Namun apakah itu benar atau tidak, kejadian itu terjadi jauh sebelum keterampilan Mumler menangkap gambar hantu menjadi terkenal.

Pada awalnya, para pakar kesulitan untuk menemukan hal-hal yang palsu dalam foto Mumler.

Sehingga fotografer yang awalnya amatir ini menjadi professional dengan bisnis menggiurkan.

Para konsumennya kebanyakan adalah orang-orang yang kerabatnya terbunuh di Perang Sipil Amerika karena ingin memiliki koneksi supernatural dengan yang dikasihi.

Mumler bisa membuat foto-foto hantu dengan memasukan plat kaca positif yang sudah disiapkan terlebih dahulu yang bergambar orang-orang mati.

Plat ini dimasukan di depan plat kaca sensitif yang belum terpakai yang biasa digunakan untuk menangkap gambar kliennya.

Teknik pencahayaan ganda ini akhirnya tidak hanya menangkap gambar klien tetapi juga gambar hantu dari plat yang disiapkan di depannya.

Salah satu karya Mumler yang paling terkenal adalah penampakan Abraham Lincoln di belakang istrinya, Mary Todd Lincoln.

Daftar kliennya kemudian bertambah, begitu juga dengan kritikan.

Orang yang paling skeptis tentang karya Mumler adalah PT Barnum yang mengklaim bahwa foto hantu itu rekaan saja dan Mumler telah mencuri foto-foto kerabat klien yang telah mati dan sejumlah ‘hantu’ yang tampak dalam foto, sebetulnya masih hidup. 

Mumler kemudian diadili dan Barnum bersaksi melawannya.

Momen paling ‘mencelakakan’ Mumler adalah saat Barnum memperagakan betapa mudahnya membuat foto hantu palsu di pengadilan.

 

[Sosok yang kabur dalam sebuah gambar bisa Anda lihat dengan mudah jika Anda memiliki imajinasi. FOTO: DOUG GELSER/FLICK/CC BY 2.0]

Karier Mumler sebagai fotografer hantu berakhir. Namun teknik Mumler masih banyak dipakai pada akhir 1800-an selagi popularitas fotografi hantu dan spiritualisme berkembang, walau tuduhan penipuan terus menghantui para fotografernya.

Namun apakah semua foto hantu adalah hasil rekayasa? Seorang pendeta dan perantara ruh dari Inggris, William Stainton Moses, dipercaya sebagai orang yang pertama kali menyelidiki foto-foto arwah.

“Pada 1875, dia meneliti 600 foto yang diduga memiliki penampakan hantu. Dalam pandangannya adalah mungkin tidak lebih dari selusin yang bisa diterima sebagai sesuatu (supernatural)… dan dia mengatakan bahwa ada orang-orang di luar sana yang akan menganggap kain sprei dan sapu sebagai ‘hantu’ kerabatnya yang terkasih,” kata Alan Murdie, pemimpin Klub Hantu (yang didirikan pada 1862 dan dipercaya sebagai klub investigasi paranormal pertama di dunia). 

 

[Foto ini dianggap sebagai penampakan hantu Lord Combermere, namun pakar menyakini bahwa sosok serupa hantu itu adalah hasil dari pencahayaan panjang (long exposure), di mana ada seseorang yang sempat duduk di bangku cukup lama sehingga menciptakan bayangan dalam foto. FOTO: SYNBELL CORBETT]

Kenangan

Di masa perang dunia pertama, fotografi hantu dan spiritualisme memperoleh dukungan kuat, termasuk dari novelis Sir Arthur Conan Doyle – seorang anggota Klub Hantu.

Rasa duka dan kehilangan yang merundung banyak negara setelah perang, membuat orang-orang terdorong untuk melakukan reuni dengan keluarga dan kerabat mereka yang meninggal.

William Hope di Inggris adalah fotografer yang menjawab kebutuhan-kebutuhan itu.

Tapi seperti Mumler, dia diberondong oleh tuduhan penipuan.

Sebuah investigasi yang dipimpin oleh periset paranormal terkenal Harry Prince membuktikan bahwa Hope menipu dengan menggunakan teknik pencahayaan ganda.

 

[William Hope menciptakan foto dengan pencahayaan ganda sehingga membuatnya tampak seolah-olah ada hantu dalam bingkai. FOTO: NATIONAL MEDIA MUSEUM]

Tapi, tak seperti Mumler, praktik fotografi hantu Hope terus berjalan karena didukung oleh para pengikut setianya.

Lebih dari satu dekade kemudian, Prince kembali menyelidiki sebuah foto yang tak masuk akal.

Pada 1936, dua orang dari majalah Country Life akan dipotret di tangga Raynham Hall, Norfolk, England.

Namun seorang asisten fotografer, Indre Shira, tiba-tiba melihat “sekumpulan asap yang tampak seperti perempuan” turun dari tangga. Mereka lantas buru-buru merekamnya.

Foto itu kemudian tampil di majalah Country Life dan diberi judul ‘The Brown Lady’.

Orang-orang percaya itu adalah sosok Lady Dorothy Townshend, yang dikabarkan menghantui tempat itu sejak dia meninggal secara misterius pada 1726.

Prince meyakini foto itu tidak direkayasa. “Saya akan mengatakan bahwa saya terkesan.

Saya tidak meragukan cerita mereka dan saya tidak punya hak untuk tidak mempercayainya.

Hanya kebohongan antara dua orang yang bisa membuat itu palsu, tetapi film negatif tampak tidak menipu.”

Namun, sebagian tetap skeptis. Pada 1937, Society of Phychical Research berkesimpulan bahwa foto itu terbentuk karena kamera tidak stabil saat mengambil foto selama enam detik itu.

["Brown Lady of Raynham Hall" - Sebuah bentuk yang menyerupai hantu ini didapat karena kamera yang tidak stabil. FOTO: CAPTAIN PROVAND]

Beralih ke Digital

Kamera digital yang kita pegang hari ini bisa juga menangkap hantu-hantu palsu.

Foto perempuan di Hampton Court yang dibicarakan di awal tulisan ini misalnya, hampir pasti adalah akibat teknologi kamera.

Tak seperti kamera analog, kamera ponsel cenderung mengambil foto dalam beberapa tahap – sama seperti mesin pemindai yang bergerak untuk memindai selembar kertas.

Prosesnya cukup lama – apalagi di tempat yang gelap, ketika sensor gambar di ponsel membutuhkan waktu yang cukup untuk merekam informasi gambar.

Ini disebut dengan ‘image aliasing’. Hasilnya, segala sesuatu yang bergerak selama pengambilan gambar bisa terdistorsi.

Meskipun kita memiliki pengetahuan tentang trik-trik foto kamera, tampaknya masih banyak yang percaya bahwa ruh bisa tertangkap oleh kamera.

Buktinya, menurut sebuah jajak pendapat Harris 2013, 42 persen orang Amerika percaya pada hantu; jajak pendapat serupa pada 2014 oleh YouGov menunjukkan 39 persen warga Inggris percaya ada hantu-hantu yang menghuni rumah.

Seperti penampakan hantu sendiri, rasa haus kita untuk melihat kehidupan di luar yang nyata, mungkin akan terus ada – sehingga terkadang bisa memunculkan keyakinan yang sesuai dengan teknologi dan ilmu yang berkembang saat itu.(bbc)

Tags
Facebook
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved