Kelaparan, 10 Pengungsi Muslim Rohingya Tewas saat Rebutan Sisa Makanan
Tiga korban yang selamat secara terpisah mengatakan ada yang ditikam, digantung, atau dilempar ke laut.
TRIBUN-TIMUR.COM - Para pendatang yang diselamatkan dari kapal yang terdampar di lepas pantai Indonesia mengatakan kepada BBC sekitar 100 orang tewas karena berkelahi memperebutkan sisa makanan yang tersedia.
Tiga korban yang selamat secara terpisah mengatakan ada yang ditikam, digantung, atau dilempar ke laut.
Bagaimanapun wartawan BBC, Martien Patience, melaporkan kesaksian mereka tidak bisa dikukuhkan.
Sekitar 700 pendatang dari Myanmar dan Bangladesh kini ditampung di Provinsi Aceh dan sedang diproses oleh pihak berwenang Indonesia.
Sebagian besar dari mereka menderita kekurangan pangan dan dehidrasi.
[Pemerintah Myanmar menegaskan tidak bertanggung jawab atas krisis pengungsi ini]
Organisasi Migrasi Internasional, IOM, memperkirakan masih ada ribuan pendatang dari Myanman dan Bangladesh yang terapung-apung di laut karena ditolak untuk mendarat oleh Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Operasi yang dilancarkan pihak berwenang Thailand membuat para penyelundup manusia tidak berani mendaratkan para pendatang tersebut dan meninggalkan mereka terapung-apung di laut dengan mesin kapal dimatikan.
Pemerintah Myanmar menegaskan tidak bertanggung jawab atas krisis pengungsi ini dan kemungkinan tidak akan datang dalam pertemuan puncak ASEAN untuk membahas krisis tersebut.
Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman, mengharapkan krisis para pendatang dari Bangladesh dan Myanmar ini bisa diselesaikan oleh kawasan regional sebelum dibawa ke tingkat internasional.
"Kita harus melihat kepentingan kita sendiri, masalah sosial dan keamanan kita," jelasnya.
Malaysia tahun ini ditunjuk sebagai pemimpin ASEAN.
Dirawat
Sebelumnya, 15 dari 677 warga Rohingya dari Myanmar dan migran dari Bangladesh, yang tiba di Aceh Timur hari ini (15/5/2015), menjalani perawatan di rumah sakit Langka karena dehidrasi berat.
[Pengungsi dan migran mendapat pertolongan medis setelah didaratkan di Aceh Timur]
Banyak dari mereka kelaparan dan kelelahan.
Sejauh ini proses pencatatan terhadap gelombang kedua migran terus dilakukan. Mereka diketahui terdiri dari 256 orang Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, dan 421 orang Bangladesh, semuanya laki-laki.
Mereka kini ditampung di sebuah gudang di Pelabuhan Langsa, Aceh Timur, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia di sana, Sri Lestari.
Para pengungsi yang diselamatkan oleh nelayan menyatakan mereka berasal dari kapal yang sempat dihalau oleh TNI AL Indonesia dan Angkatan Laut Malaysia beberapa hari sebelumnya.
'Ditembak'
Mohamad Rofiq, pengungsi Rohingya dari Myanmar, mengatakan kepada BBC Indonesia kedua angkatan laut tersebut memberikan makanan dan minuman tetapi tidak mengizinkan mereka untuk mendarat.
"Kami berada di tengah laut, tanpa kapten kapal sampai kemudian diselamatkan oleh nelayan Indonesia pada pagi tadi, " jelas Rofiq.
[Para pendatang mengatakan mereka dipukuli awak kapal ketika meminta tambahan makanan]
Dia mengatakan pergi dari Myanmar sejak dua bulan lalu dengan tujuan ke Thailand lalu ke Malaysia, selama itu pula dia berada di laut.
"Kami selalu di laut lalu dipindahkan ke kapal di Thailand, sedikit makanan yang ada diutamakan untuk bayi," jelas Rofiq.
Selama perjalanan di laut, Rofiq mengaku menyaksikan ratusan orang ditembak dan jasad dibuang ke laut.
Dia mengatakan membayar 2.000 ringgit Malaysia untuk perjalanan tersebut.
Sementara Mohamad Ali, pengungsi dari Bangladesh mengaku pergi dari Bangladesh 2,5 bulan yang lalu dan membayar 12.000 ringgit kepada kapten kapal.
"Selama itu dua bulan lebih di kapal kami hanya diberi makan sedikit dan dipukuli jika meminta makan," jelas Ali.(BBC)