Citizen Reporter
Panitia Pemilu Bekerja Keras, TPS di Malaysia Sepi
Sebagai panitia, mahasiswa Sulsel sudah terlibat sekitar seminggu terakhir mulai dari penyiapan bilik suara
Penulis: CitizenReporter | Editor: Suryana Anas
Citizen reporter, Nurhira Abdul Kadir, petugas TPSLN Damnsara 2, melaporkan dari Kuala Lumpur, Malaysia.
TRIBUN-TIMUR.COM - Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 untuk wilayah Kuala Lumpur sudah dilakukan kemarin, Minggu 6 April 2014. Dua belas orang mahasiswa asal Sulawesi Selatan, sebagian besar merupakan peserta program Beasiswa Pendoktoran Pemprov Sulsel yang tengah belajar di Malaysia turut berpartisipasi aktif dalam Pemilu Luar Negeri. Khusus untuk wilayah Selangor dan KL, tersebar di 120 lokasi.
Partisipasi mereka bukan hanya dengan datang ke TPS pada hari H, tetapi sebagai panitia TPSLN (Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri). Sebagai panitia, mahasiswa Sulsel sudah terlibat sekitar seminggu terakhir mulai dari penyiapan bilik suara, penghitungan kertas suara untuk dibawa ke TPS, pengangkutan kotak dan kertas suara serta peralatan logistic ke TPS hingga menjadi penyelenggara pemungutan suara. Prosesi pemungutan suara mirip dengan yang di Indonesia.
TPS dibuka pagi hari, pukul 8 waktu setempat, dengan penyumpahan petugas TPS. Pemilih yang datang didaftar untuk mencocokkan dengan data KPU dan seterusnya hingga pemilih keluar dengan tinta hitam di jari. Ada pula hal yang berbeda sedikit dari yang di kampung halaman.
Pertama, TPS kepanjangannya menjadi “Tempat Penjatuhan Kertas Suara”, mengikut cara Melayu menyebutnya. Jika setiap TPS di Indonesia ditempatkan di satu lokasi, di Kuala Lumpur, satu lokasi bisa ditempati oleh beberapa TPS. Saya kebetulan ditugaskan sebagai petugas TPS di pemukiman bertingkat yang cukup ramai bernama Damansara Damai.
Di lokasi ini pemerintah menyewa sebuah aula di basement pemukiman untuk lima TPS sekaligus. Untuk membedakan TPS yang satu dengan yang lain, pemilih diarahkan untuk menjatuhkan kertas suara mereka ke dalam box sesuai TPS sesuai yang tertera di surat undangan mereka. Setiap TPS diurus oleh seorang ketua dan enam anggota. Karenanya, di basement Damansara Damai hari itu, dengan lima TPS di satu lokasi, terdapat 35 orang panitia.
Perbedaan lain, petugas pengamanan TPS berasal dari personil RELA, semacam hansip di Indonesia. Lokasi juga dipantau langsung oleh personil PDRM (Polisi Diraja Malaysia).
Pemilih adalah masyarakat Indonesia yang bermukim di luar negeri, termasuk para TKI. Beberapa TKI mengaku baru pertama kali itu memilih sebab sebelumnya Pemilu selalu dipusatkan di kantor KBRI. Mereka butuh waktu dan ongkos banyak mencapai lokasi KBRI.
Upaya pemerintah cukup keras untuk meningkatkan partisipasi pemilih luarnegeri. Kerja keras Panitia Pemilih pun tak terperi. Biaya Pemilu tentu sangat besar, terlebih di Kuala Lumpur ini.
Mungkin menarik untuk mengetahui berapa pemilih yang datang setelah 10 jam panitia menunggu. Di lokasi Damansara Damai, dengan pemilih yang terdaftar tak kurang dari 10 ribuan orang, yang datang mencoblos hanya 190-an orang. (*)