SBY Berkunjung di Sulsel
Kisah Sebelum SBY Beri Buku ke Jurnalis Tribun Timur
Banyak berita soal SBY. Namun Tribun Timur, tampil centil, sesekali mencubit, khususnya pemberitaan terkait anggaran

Kala itu, paspampres tengah mencari jejak Tribun, namanya pun enggan disebut. Kisah pertemuan penulis kedua Tribun dengan pria yang sudah enam tahun mendampingi SBY itu berawal saat kunjungan orang nomor satu bersama rombongannya di Kota Bandar Madani, Rabu (19/2).
Saat itu, tiba tiba sebuah nomor telepon tak bernama, masuk di ponsel penulis. Suaranya datar, dan menyebutkan namanya, serta pangkatnya.Iapun membuat janji untuk bertemu.
Kesepakatannya, pertemuan dilakukan di Warkop Dg Sija Parepare.Kepada penulis, pria tersebut, mengaku suka membaca berita di surat kabarTribun Timur, maupun yang di Portal Tribuntimur.com, khsusunya terkait SBY.
Menurut pria tersebut, gaya penulisan Tribun Timur, berbeda dengan gaya penulisan koran lainnya." Banyak berita soal SBY.
Namun Tribun Timur, tampil centil, sesekali mencubit, khususnya pemberitaan terkait anggaran yang digelontorkan untuk rombongan, selama di Sulsel." katanya terseyum.
Ia pun mengaku, tiap paghinya mencari koran Tribun Timur, untuk kemudian dilaporkan ke atasannya." Kalau korannya telat, saya terpaksa membuka di Portalnya," cerita pria murah senyum tersebut soal Tribun Timur.
Sejak saat itu, penulis dan ring 1 SBY ini terus bertukar informasi, khsusunya soal SBY, baik di Parepare, Enrekang, Tator, Sidrap dan Barru. Kepada Tribun, ia pernah bercerita sosok SBY sebenarnya, dan dalam kesehariannya.
Menurutnya, Pak SBY dan ibu Ani, adalah sosok yang sangat ramah dan kuat ingatan. Iapun mengaku sangat senang mendampingi keluarga cikeas tersebut, karena keramah tamahan mereka.
"Saya kerap disapa beliau. Bahkan mereka berdua hafal nama anak saya. Beliau juga tak pernah menggerutu saat terjebak macet. Bukan karena saya dekat, tapi beginilah beliau dalam kesehariannya," katanya.
Ditanya soal makanan, SBY dan Ani, diakuinya tak pernah macam macam. Bahkan ia mengaku kerap disuruh orang nomor satu tersebut, untuk membeli ketoprak, yang dijual pedagang tak jauh dari istana kepresidenan.
"Mereka berdua sangat bersahaja. Bahkan mereka kerap menolak untuk dipasangi karpet merah, saat berkunjung. Namun karena alasan 'takut' sang tuang rumah tersinggung, bapak akhirnya diam saja," ceritanya.
Di akhir kunjungan SBY di Sulsel, pria tersebut pun menyodorkan sebuah buku bersampul putih. Buku tersebut diberi judul Selalu Ada Pilihan." Mas, Pak presiden sangat mengapresiasi berita kedatangannya di Sulsel, yang dimuat Tribun Timur.
Sebagai tanda terima kasih, bapak menitip sebuah buku karangan beliau sendiri, lengkap dengan memo dan tanda tangannya, trima kasih, Tribun Timur," ujar pria tersebut, sebelum bertolak ke Jakarta.(ilham mangenre/akhwan ali)