Harga Sembako Naik
Dewan Sebut Harga Disperindag Tak Sesuai Pasar
Dewan Pimpinan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel menilai harga yang dikeluarkan Disperindag Sulsel mengenai harga komoditi di pasaran sangat berbeda.
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Dewan Pimpinan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel menilai harga yang dikeluarkan Disperindag Sulsel mengenai harga komoditi di pasaran sangat berbeda. Memasuki pekan kedua Ramadan, harga komoditi, khususnya untuk 10 bahan pokok dipasaran semakin tak terkendali.
Terbukti, harga yang memiliki kenaikan secara signifikan yakni cabe dan bawang merah.
Harga cabe yang ada di Diseperindag Sulsel cukup beragam. Cabe merah mulai Rp 14,017 menjadi Rp 30.000, cabe biasa Rp 15,617 naik jadi Rp 28.000, cabe kecil dari Rp 20,822 jadi Rp 50.000. Sedang bawang merah dari Rp 18,917 perkilo menjadi Rp 50.000.
Namun, harga komoditas tersebut sangat tinggi dan tak sesuai dengan data Diseperindag.
Ketua Komisi B Bidang Ekonomi DPRD Sulsel, Aerin Nizar SP, mengatakan, harga komuditas yang paling menonjol dipasar adalah bawang merah dan cape. Tapi, kenaikannya juga sangat pluktuatif.
"Kenaikan harga sembako saat ini bukan karena keterbatasan stok. Sebab stok terigu dan gula saat ini masih cukup aman hingga 2,8 bulan kedepan. Hal ini berdasarkan operasi pasar dan gudang yang dilakukan anggota dewan gudang
UD Benteng Baru, Galangan Kapal," kata Aerin, Kamis (18/7/2013).
Politisi perempuan partai demokrat ini menuturkan, kenaikan harga saat ini masih batas wajar. Seperti tahun sebelumnya, setiap ramadhan harga sembako pasti mengalami kenaikan.
"Kami telah meminta pemerintah provinsi untuk menjaga stok dan menahan harga agar tak naik," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kadis Perindag Sulsel, Hadi Basalamah, mengatakan, harga komoditi saat ini masih cukup pluktuatif. Bahkan beberapa komoditi sangat dinamis.
"Semua harga dapat berubah dalam sehari, harga pagi dan sore bisa berubah. Hal ini dipengaruhi jumlah dan stok yang ada,"paparnya.
Soal tingginya harga cabe dan bawang merah dipasaran. Hadi menuturkan, hal ini tak hanya terjadi di Sulsel, tapi juga menjadi problem secara nasional. Namun ini masih wajar.
"Cabe Sulsel saat ini paling banyak di pasok dari NTB, sebab cabe Sulsel, khusus di Daerah Jeneponto belum memasuki masa panen," paparnya.
Kata dia, untuk menekan harga harga cabe, pihaknya akan mempercepat masa panen di Jeneponto.
Ia juga mengaku, bahwa pemerintah provinasi masih bisa mengontrol harga komuditas dipasaran. Tapi, pengakuan tersebut tak sesuai dengan harga yang ada dipasaran.
"Yang pasti kondisi ketersedian stok sembako dan harga masih relatif stabil serta terjangku dari masytarakat. Bahkan stok beras yang ada mencapai 284.600 ton, dan ini masih bisa bertahan hingga 28 bulan," ujarnya.
Untuk gula, stok yang ada masih dapat bertahan hingga 2,8 bulan.Sehingga harga gula menjelang idul fitri tak akan mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
"Untuk minyak dan daging sapi masih cukup banyak. Bahkan stok minyak goreng mencapai 9000 ton lebih. Stok daging sapi dan ayam masih bisa hingga 10 bulan lebih," katanya. (*)