Kenaikan Harga BBM
Beda aksi dulu dan sekarang...
Pakar komunikasi politik asal Unhas, Dr Hasrullah,
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Muh. Taufik
Terlepas adanya isu pengerahan warga bayaran oleh aparat untuk melawan rangkain aksi mahasiswa, Hasrullah menilai, aksi protes kemarin, mudah disusupi.
"Isu mereka satu tolak harga baru BBM, tapi sayang tak ada konsolidasi,
aksi tercerai berai di sejumlah titik, dalam kelompok kecil, makanya
gampang disusupi," ujar mantan aktivis kampus era 1980-an ini.
Dari pentauan Tribun, setidaknya aksi mahasiswa menolak kenaikan BBM kemarin, terjadi di 10 lokasi berbeda.
Sejatinya, jelas Hasrullah, ada koordinator aksi, difokuskan tempat berkumpul dan aksi mimbar bebas di satu tempat.
"Aktivis jalan sendiri-sendiri. Aksi di depan kampus masing-masing,
sehingga tak terlihat solid dan dipandang sebelah mata. Jadinya,
pengguna jalan tak simpati, karena macet dimana-mana."
Hasrullah, lalu membandingkan soliditas aktivis mahasiswa sekarang dengan di eranya.
"Dulu, organisasi ekstra kampus jadi tempat konsolidasi, ada pentolan
aksi, ada tokoh yang jadi panutan aksi, sekarang tokoh ada di
kelompok-kelompok fakultas, bahkan jurusan, jadinya solidaritas massa
hanya dilevel angkatan, bukan lintas angkatan dan lintas kampus," ujar
Kepala UPT KKN Unhas ini, Selasa (18/6).
Aktivis mahasiswa angkatan 1998, M Zakir Sabara HW yang kini menjabat
asisten Wakil Rektor III UMI, juga memberi catatan dalam aksi kemarin.
"Isunya satu, sayangnya digarap terpecah-pecah di banyak kelompok,
akhirnya yang berhasil adalah mengkonsolidasikan kemacetan, bukan
konsolidasi kekuatan melawan pemerintah dan DPR yang membahas kenaikan
harga BBM."Kata Zakir mengkonfirmasikan, tak solidnya aksi mahasiswa
menolak kenaikan harga BBM dan mudahnya mereka disusupi.
Diceritakan Zakir, keputusan dosen UMI menggalang kekuatan kampus untuk mendampingi aksi mahasiswa Senin (17/6/2013) adalah upaya menghindari penyusup yang bisa menodai aksi.
Di era 1998, saat aksi melawan hegemoni rezim Soeharto, aksi itu disusun laiknya kepanitian event.
"Ada korlap, ada penyaring isu dan megantisipasi, ada seksi konsumsi, ada juga
yang memantau apakah pita atau simbol-simbol pergerakan dikenakan oleh
mahasiswa. Di sisi kiri-kanan kita bergandengan tangan dan saling kenal
satu sama lain. Tak ada scraft penutup muka atau helm, jadi kami saling
kenal dan tahu jika ada penyusup."(*)