Pilkada DKI Jakarta
Rakyat Negeri Ini Butuh Pemimpin Melayani
Fenomena rakyat melawan petahana dan memilih calon yang berekam jejak baik seperti pada Pilkada DKI
"Kali ini, politik akal sehat mengalahkan politik citra dan indentitas. Rakyat memilih secara rasional dengan mempertimbangkan kualitas dan kemampuan untuk membenahi Jakarta," tutur Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Benny Susetyo Pr, Kamis (12/7/2012) kemarin.
Dalam Pilkada DKI yang diikuti enam pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Rabu lalu, berbagai hitung cepat menunjukkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama mendapatkan sekitar 42 persen suara. Adapun pasangan petahana Fauzi Bowo-Nachrawi Ramli hanya sekitar 33 persen suara.
Pasangan lain, Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini sekitar 11 persen suara, Faisal Basri-Biem Benjamin 5 persen, Alex Noerdin-Nono Sampono 4 persen, dan Hendardji Soepandji-Riza Patria 1 persen.
Kesadaran ini, menurut Benny, dibentuk dari keterbukaan dan gerakan sosial media. Diharapkan, fenomena ini memengaruhi politik nasional. Pemimpin yang gagal membawa kesejahteraan akan dihukum dan tidak akan dipilih.
Ketika fenomena ini menyebar ke seluruh Indonesia, tradisi politik tidak lagi menggantungkan diri pada survei dan pencitraan. Budaya kompetisi dengan bekerja untuk rakyat akan tumbuh, dan rakyat akan memilih pemimpin yang tegas dan mau melayani. Bukan sekadar janji. Tradisi politik akal sehat ini akan menjadi kekuatan baru untuk menekan politik dagang sapi. (*)