Tim Asesor BAN-PT Visitasi Akreditasi Prodi S1 Hukum Ekonomi Syariah Unismuh
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) adalah salah satu dari lima prodi yang dibina Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Ridwan Putra
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tim Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) melakukan visitasi akreditasi Program Studi (Prodi) S1 Hukum Ekonomi Syariah Unismuh Makassar, Selasa (14/5/2019).
Tim tersebut terdiri dari Asep Saefudin Jahar, Ph.D (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah) dan Dr Erina Pane, SH, M.Hum (Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung).
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) adalah salah satu dari lima prodi yang dibina Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.
Dekan Fakultas Agama Islam Unismuh, Drs H Mawardi Pewangi, berharap Prodi Muamalah setelah divisitasi bisa meningkat akreditasinya dari B menjadi A. “Kita berharap nilai akreditasinya bisa meningkat,” harap Mawardi.
Sebelum tim asesor melakukan asesmen lapangan terhadap dukumen yang ada dalam boring, mereka diterima Rektor, Prof Dr H Abdul Rahman Rahim, SE,MM, Wakil Rektor I, Dr Ir H Rakhim Nanda, Dekan FAI, Drs H Mawardi Pewangi.
Jajaran wakil dekan, ketua prodi, dan dosen. Setelah itu tim asesor mengunjungi Mahad Al-Birr Unismuh dan Perpustakaan Digital.
Asep Saefuddin Johar menyampaikan pengalamannya sebagai asesmen bahwa hal yang perlu diperhatikan oleh perguruan tinggi dalam era industry 4.0 ini adalah perlunya memikirkan kompetensi luarannya serta kerangka atau model pengembangan kurikulum.
Menurut Dosen Universitas Negeri Syarif Hidayatullah itu, dua hal tersebut paling mendasar yang harus dikembangkan. “Juga diperhatikan adalah kerjasamanya. Selama ini berbasis apa, juga hasil penelitiannya, apakah ada manfaatnya. Ini harus nyata manfaatnya,” katanya.
Asep menyarankan prodi tersebut harus ditingkatkan akreditasinya. “Kalau NKRI itu adalah harga mati maka prodi ini juga adalah harga mati karena hidup matinya perguruan tinggi di prodi sehingga perlu ada pengalokasian dana khusus untuk penyiapan borang dengan baik,” tambahnya.
Menurutnya, saat ini masalah di perguruan tinggi itu adalah bagaimana mendorong dosen untuk menulis atau berkarya. Katanya, itu lebih rumit dari membangun gedung.
Dalam Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi baru bisa A, ketika perguruan tinggi tersebut 80 persen prodinya telah terakreditasi A.
“Disinilah juga rumitnya persaingan antar perguruan tinggi di Indonesia yang semakin ketat mengingat jumlah perguruan tinggi di Indonesia ini telah mencapai ratusan ribu,” kuncinya.(*)