Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Terungkap Misteri Kematian Ratusan KPPS Pemilu 2019,Kemenkes Temukan Ini, dr Ani Hasibuan Benar?

Terungkap Misteri Kematian Ratusan KPPS Pemilu 2019,Kemenkes Temukan Ini,Dokter Ani Hasibuan Benar?

KPPS
Suharni (dalam lingkaran biru), anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Bulukumpa, menghembuskan nafas terakhirnya, Selasa (30/4/2019) siang. 

TRIBUN-TIMUR.COM,- Kementerian Kesehatan mengambil langkah cepat menjawab misteri meninggalnya ratusan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019

Upaya yang dilakukan Kementerian yaitu melakukan autopsi verbal di 34 provinsi. 

Baca: Sering Tampil di TV Bareng Rocky Gerung, Nusron Wahid Lolos ke Senayan, Bandingkan Akbar Faizal

Baca: Kabar Buruk, Berikut Daftar Ponsel yang Tidak Bisa Lagi Whatsapp dalam Waktu Dekat, Cek Handphonemu

Namun saat ini, Kemenkes baru merampungkan autopsi 17 privinsi. 

Perwakilan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tri Hesti Widyastuti mengatakan, dari 34 provinsi tersebut, 17 di antaranya sudah selesai diautopsi verbal.

Autopsi verbal adalah investigasi atas kematian seseorang melalui wawancara dengan orang terdekat korban, mengenai tanda-tanda kematian.

"Memang ini belum dapat dipublikasikan, jadi masih data sementara. Ini masih 17 dari 34 provinsi. Jadi masih menunggu hasil keseluruhannya," kata Tri Hesti Widyastuti dalam diskusi 'Membedah Persoalan Kematian Mendadak Petugas Pemilu dari Perspektif Keilmuan', di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/5/2019).

Baca: Kata Presiden Jokowi soal Kepalanya Akan Dipenggal Hermawan Susanto, Singgung Puasa

Tri Hesti mengungkapkan, berdasarkan lokasi, petugas KPPS meninggal dunia pasca-Pemilu 2019 paling banyak berada di luar DKI Jakarta.

Serta, kematiannya tidak terjadi pada 17 April 2019 alias saat pemungutan suara, melainkan setelah proses pemungutan suara dilakukan.

"Angka kejadian meninggalnya jarang terjadi saat tanggal 17, tapi setelah beberapa hari menjalani perawatan. Tanggal 21 sampai 25 April baru ada yang meninggal," bebernya.

Baca: Sering Tampil di TV Bareng Rocky Gerung, Nusron Wahid Lolos ke Senayan, Bandingkan Akbar Faizal

Baca: Kabar Buruk, Berikut Daftar Ponsel yang Tidak Bisa Lagi Whatsapp dalam Waktu Dekat, Cek Handphonemu

Dalam proses dilakukannya autopsi verbal, menurut Hesti, telah melalui surat edaran Dinkes Provinsi, selanjutnya berkoordinasi dengan puskesmas tiap daerah, untuk mengirim petugasnya melakukan autopsi verbal kepada KPPS yang sakit maupun yang meninggal. 

Dari hasil tersebut, didapat fakta petugas KPPS meninggal berusia di atas 50 tahun. Pemicu kematian terbanyak adalah gagal jantung dan strok.

"Kesimpulan baru 17 provinsi, ada beberapa belum diketahui masih kita telusuri. Tapi penyebab terbanyak, gagal jantung, stroke, kecelakaan lalu lintas," ungkapnya.

Sebelumnya, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyayangkan pemberitaan bohong alias hoaks petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) bernama Sita Fitriati tewas diracun, beredar di sosial media.

"Pertama kita sangat sedih kalau ada pihak memberitakan bohong atau fitnah, dipolitisasi seakan-akan korban meninggal akibat itu (diracun)," ujar anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin saat ditemui di Kantor KPU, Jakarta Pusat, Sabtu (11/5/2019).

"Kita sangat menyesalkan. Mengutuk praktik-praktik di luar sisi kemanusiaan, misalnya ada korban meninggal karena diracun," imbuhnya.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved