Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kasus 'Virus Aneh' Serang Dusun Garonggong Jeneponto Masih Misterius, Waspadai Gejala yang Dialami

Beberapa hari terakhir ini, warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, dihantui 'virus aneh'.

Editor: Anita Kusuma Wardana
Ikbal/Tribun Jeneponto
Fakta Kasus 'Virus Aneh' Serang Dusun Garonggong Jeneponto,Warga Alami Muntah hingga Kerap Mengingau 

TRIBUN-TIMUR.COM-Beberapa hari terakhir ini, warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten  Jeneponto, dihantui 'virus aneh'.

Akibatnya sudah empat warga dilaporkan meninggal dunia sementara 50 lainnya terjangkit penyakit yang sama.

Hal itu diungkapkan Kepala Desa Tuju Kecamatan Bangkala Barat Andi Indrawati Naim (37) ke TribunJeneponto.com,Jumat (3/4/2019) siang.

"Sejauh ini sudah ada empat warga kami yang meninggal dunia, akibat penyakit aneh yang menyerang salah satu dusun di desa Tuju ini," katanya.

Ia menjelaskan penyakit yang menyerang warga Dusun Garonggong ini datangnya tiba-tiba dan langsung banyak warga yang terjangkit.

Tanpa memandang usia penyakit aneh yang menjangkit warga Dusun Garonggong menjangkit anak-anak hingga orang tua.

Berikut fakta-fakta tribun-timur.com rangkumkan terkait penyakit aneh yang menimpa warga Dusun Garonggong.

1. Gejala

Gejala penyakit 'aneh' yang diderita warga Dusun Garonggong, seperti kepala pusing, demam, mengigau dan mual-mual bahkan ada yang tak sadarkan diri.

Sementara itu, Plt kadis kesehatan Jeneponto Syafruddin Nurdin mengatakan hasil laboratorium negatif chikungunya dan zika.

Sehingga para pasien sejauh ini hanya diberikan obat penurun demam.

Warga Dusun Garanggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto terbaring sakit gara-gara penyakit aneh.
Warga Dusun Garanggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto terbaring sakit gara-gara penyakit aneh. (Ikbal/Tribun Jeneponto)

2. Ruqyah Massal

Akibat adanya penyakit aneh tersebut, membuat warga berinisiatif untuk diruqyah dengan harapan penyakit yang aneh yang menyerangnya dapat hilang.

"Sampai sekarang kita tidak tahu penyakit apa yang menyerang warga di kampung ini karena saat itu kebanyakan masyarakat disini langsung sakit," kata warga Dusun Garonggong Rais, kepada TribunJeneponto.com, Kamis (2/5/2019).

Sebanyak 350 orang warga diruqyah yang dipandu oleh Ustadz Israil dan dibantu lima orang anggotanya.

Pada saat ruqyah seorang warga Garonggong bernama Erna (25) mengalami kesurupan.

Ruqyah massal warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Kamis (2.5.2019)
Ruqyah massal warga Dusun Garonggong, Desa Tuju, Kecamatan Bangkala Barat, Kabupaten Jeneponto, Kamis (2.5.2019) (Ikbal Nurkarim/Tribun Timur)

Sebelumnya, Jumat (19/4/2019) lalu. Sebanyak 53 orang masyarakat Dusun Garonggong tiba-tiba sakit dan 27 orang dibawa ke Puskesmas Buludoang dan 26 orang di bawah ke Rumah Sakit Takalar dengan penyakit yang sama.

3. Berlangsung Selama Sepekan

Plt Kadis Kesehatan Jeneponto Syafruddin Nurdin mengatakan masyarakat diserang gejala penyakit aneh mual, mengigau dan tidak sadarkan diri.

"Seminggu yang lalu itu kita sudah dapat laporannya. Setelah kita dapat laporan lebih dari tujuh jam setelah kita dengar kasus ini tim gerak cepat, turun mengambil alih semua," tuturnya.

Syafruddin mengungkapkan penyakit ini merupakan penyakit langka di Jeneponto.

Plt Kadis Kesehatan Jeneponto Syafruddin Nurdin yang juga sekda Jeneponto.
Plt Kadis Kesehatan Jeneponto Syafruddin Nurdin yang juga sekda Jeneponto. (Ikbal Nurkarim/Jeneponto)

"Kemungkinannya ini sebagai sebuah penyakit yang kita anggap langka di Jeneponto," tandasnya.

"Kita sudah kordinasikan dengan provinsi dan pusat tim provinsi sudah turun bersama kita dan melakukan pemeriksaan karena ini kita anggap sebagai demam berdarah diperiksa ternyata bukan demam berdarah. dianggap sebagai tipes diperiksa ternyata juga bukan bukan tipes, dianggap malaria kita periksa juga bukan malaria," tutupnya. 

4. Sampel Darah Warga Diuji

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Dr dr Bahtiar Baso menjelaskan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan telah melakukan uji lab melalui sampel darah warga yang meninggal dunia ini, namun hasilnya negatif.

Awalnya pasien ini dicurigai menderita penyakit typoid karena mengalami demam yang sangat tinggi, sehingga tim dokter melakukan penanganan sesuai dengan ciri-ciri penyakitnya.

Namun alhasil, rupanya hasil labnya negatif.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Dr dr Bahtiar Baso
Plt Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Dr dr Bahtiar Baso (saldy/tribun-timur)

"Tim dokter merasa awalnya ini typoid, pasalnya sama dengan ciri-cirinya. Tapi setelah dicek malah negatif," katanya, Jumat (4/5/2019).

Tak sampai disitu, penasaran dengan penyebab meninggalnya tiga warga Jeneponto yang masih misterius ini, Tim Dokter kembali mengambil sampel darah untuk di uji malaria, dan chikungunya namun hasilnya tetap sama, negatif.

Karena tiga penyakit mematikan dengan tanda-tanda demam ini belum diketahui sebabnya, pihak Dinkes pun mengambil alih untuk melakukan uji lab di Jakarta.

Dinkes Sulsel mengajukan permohonan uji lab di Kementerian Kesehatan mengecek apa yang terjadi dengan warga Jeneponto yang belum diketahui penyebabnya.

Saat ini, satu yang menjadi perhatian Dinas Kesehatan Sulsel, yakni adanya virus Laptospirosis (kencing tikus).

Menurut Bahtiar, jika ini yang terjadi ini sangat berbahaya bagi masyarakat lainnya. Pasalnya kontaminasi lingkungan dapat memicu menyebarnya virus yang mematikan ini.

"Pekan depan kita sudah tahu hasilnya, saya memohon ke Jakarta agar ini cepat ada hasilnya,"katanya.

5. 60 orang Demam Bersamaan

Lanjut Bahtiar, penyakit misterius di kabupaten Jeneponto ini tidak bisa dianggap enteng, pasalnya informasi terakhir yang ia terima terdapat 60 orang yang deman secara bersama-sama.

Dari 60 orang ini, terdapat 6 orang yang dilarikan ke RS terdekat, yaitu Puskesmas yang ada di kabupaten Takalar.

Namun tak lama tertangani, 3 dari enam warga yang mendapat perawatan medis menghembuskan nafas terakhir.

"Jadi kenapa pasien ini pergi di Puskesmas yang ada di Takalar, karena jaraknya lebih dekat dari rumahnya. Memang dia warga Jeneponto tapi kalau ke kotanya Jeneponto itu butuh waktu berjam-jam yang bisa lebih banyak lagi jatuhkan korban jika lambat tertangani medis," kata Bahtiar.(*)

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:

Follow juga Instagram Tribun Timur:

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved