Cegah Banjir di Desa Salua Sigi, Satgas PUPR Akan Bangun Dam Pengendali
Kepala Satuan Tugas (Satgas) PUPR untuk Penanggulangan Bencana Suawesi Tengah, Arie Setiadi Murwanto mengatakan
Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNPALU.COM, PALU - Untuk mengurangi daerah rawan banjir Khususnya di Desa Salua, Kecamatan Kulawi, Sigi, Sulawesi Tengah, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membangun dua bendungan.
Yakni Dam Pengendali (Check Dam) dan Dam Konsolidasi (Consolidation Dam).
Kedua bendungan basah itu dibangun untuk mencegah terjadinya banjir yang berulang di desa itu.
Kepala Satuan Tugas (Satgas) PUPR untuk Penanggulangan Bencana Suawesi Tengah, Arie Setiadi Murwanto mengatakan, kedua dam ini memiliki fungsi yang berbeda.
Dam Penahan adalah suatu bangunan yang dibangun di lembah sungai yang cukup dalam untuk menahan, menampung dan mengendalikan sedimen agar jumlah sedimen yang mengalir menjadi lebih kecil.
"Airnya boleh lewat, tapi sendimen-sendimenya tidak boleh lewat, jadi check dam gunanya untuk menahan," kata Arie, Kamis (4/4/2019).
Sementara itu dengan kondisi tanah di sungai salua, di daerah tengah antara dua dam penahan, digunakan dam konsolidasi.
Dam konsolidasi ini, berguna untuk memperlambat kecepatan air jikaterjadi banjir serta menstabilkan dasar sungai.
Selain itu, juga mengarahkan alur sungai dan mengubah sifat aliran massa menjadi aliran individu.
"Karena kondisi tanahnya, kami tidak bisa membuat pondasi yang begitu dalam, caranya kita pasang consolidation untuk melindungi pondasi di bawahnya," jelas Arie.
"Bagaimana kami berupaya agar kejadian seperti kemarin tidak terulang lagi," tambahnya.
Selain melakukan upaya pencegaha dengan sitem pembangunan, Arie, bersama tim Satgas PUPR meminta agar warga dapat bekerja sama.
Salah satunya dengan tidak ikut terlibat dalam aktifitas perambahan hutan.
Pasalnya dengan melihat fakta di lapangan saat banjir yang telah terjadi beberapa kali, besar kemungkinan diakibatkan perabahan hutan.
Apalagi setiap banjr yang terjadi di Desa Salua, air membawa potongan-potongan kayu.
"Sehingga tentunya kami juga harus bekerja sama dengan kehutanan agar tak terjadi perambahan hutan," tegasnya.