Kala Puisi Neno Warisman Disebut Sadis dan Biadab, Fadli Zon Minta Buya Syafii Belajar Sastra Puisi
mantan Wakil Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Ma'arif menyebut puisi Neno Warisman sadis dan biadab.
TRIBUN-TIMUR.COM-Puisi Munajat 212 Neno Warisman masih jadi perbincangan. Sejumlah kalangan menilai puisi tersebut tidak pantas.
Bahkan, mantan Wakil Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif menyebut puisi Neno Warisman sadis dan biadab.
Komentar Buya Syafii Maarif tersebut ditanggapi Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Fadli Zon.
Baca: Rocky Gerung Sudah 2 Pekan Tak Muncul di ILC TV One, Kini RG Ungkap Kebiasaan Jelek di Acara Itu
Baca: Hasil Napoli vs Juventus dan Video Detik-detik Kiper Tuan Rumah Kartu Merah karena Ronaldo, Klasemen
Baca: Bayu Gatra Yakin PSM Makassar Ulangi Kemenangan Lawan Kalteng Putra. Bali United Pimpin Grup B
Fadli Zon menilai bahwa mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Ma'arif tidak melihat secara utuh puisi Munajat 212 Neno Warisman.
Pernyataan Fadli tersebut merespon kritikan Buya Syafii bahwa puisi Neno tersebut Biadab karena mebawa-bawa Tuhan ke dalam Pemilu.
"Mungkin Buya tidak melihat secara utuh puisinya Neno Warisman," kata Fadli di Kawasan Kuningan, Jakarta, Minggu (3/3/2019).
Puisi yang disampaikanNeno tersebut sangat beradab.
"Tidak adanya kebiadaban. justru sangat beradab. Mungkin Buya perlu belajar lagi apresiasi sastra puisi,"pungkasnya.
Sebelumnya, Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif turut berkomentar soal puisi Neno Warisman pada acara Munajat 212 yang disebut-sebut berbau politis.
Hal itu disampaikannya saat menghadiri konferensi pers persiapan acara “Doa dan Ikrar Anak Bangsa untuk Indonesia” di Aula Panti Trisula Perwari di Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).
Buya menyebut pembacaan puisi itu merupakan tindakan sadis dan biadab dengan menyeret Tuhan dalam percaturan politik.
Pria kelahiran Sumatera Barat itu mengatakan puisi tersebut dapat memicu perpecahan di antara masyarakat Indonesia.
“Jangan sampai kita bermusuhan karena Pemilu yang biasa saja, yang terjadi setiap lima tahun sekali, apalagi menggunakan puisi, itu sadis dan biadab,” ungkap Buya.
Buya mengatakan bahwa dirinya prihatin atas sikap politikus di Indonesia yang berpikiran pendek tanpa memikirkan nasib bangsa ke depan hanya untuk memenangkan kontestasi politik bernama Pemilu.
“Secara serentak politikus sekarang lebih mementingkan diri sendiri daripada nasib bangsa ke depan, masa tuhan dibawa Pemilu kan tidak benar,” keluhnya.
Saat dikonfirmasi usai acara Buya mengaku kecewa sekali dengan adanya puisi tersebut.
“Memang saya selalu katakan seperti itu,” pungkasnya.

Puisi Neno Warisman Sadis dan Biadab
Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif turut berkomentar soal puisi Neno Warisman pada acara Munajat 212 yang disebut-sebut berbau politis.
Hal itu disampaikannya saat menghadiri konferensi pers persiapan acara “Doa dan Ikrar Anak Bangsa untuk Indonesia” di Aula Panti Trisula Perwari di Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).
Buya menyebut pembacaan puisi itu merupakan tindakan sadis dan biadab dengan menyeret tuhan dalam percaturan politik.
Baca: Buronan Pencuri Sepatu Ditangkap di Jl Abdullah Dg Sirua
Baca: Kenali Penyakit Autoimun yang Jadi Penyebab Ibunda Mikha Tambayong Deva Malaihollo Meninggal Dunia
Baca: Rayakan 4 Tahun Komunitasnya, Anggota Mobilio Indonesia Region Celebes Ngumpul di Parepare
“Jangan sampai kita bermusuhan karena Pemilu yang biasa saja, yang terjadi setiap lima tahun sekali, apalagi menggunakan puisi, itu sadis dan
biadab,” ungkap Buya.
Buya mengatakan bahwa dirinya prihatin atas sikap politikus di Indonesia yang berpikiran pendek tanpa memikirkan nasib bangsa ke depan hanya untuk memenangkan kontestasi politik bernama Pemilu.
“Secara serentak politikus sekarang lebih mementingkan diri sendiri daripada nasib bangsa ke depan, masa tuhan dibawa Pemilu kan tidak benar,” keluhnya.
Saat dikonfirmasi usai acara Buya mengaku kecewa sekali dengan adanya puisi tersebut.
“Memang saya selalu katakan seperti itu,” pungkasnya.
PUISI MUNAJAT 212
Allahu Akbar
Puisi munajat kuhantarkan padamu
Wahai berjuta-juta hati yang ada di sini
Engkau semua bersaudara dan kita bersaudara
Tersambung, terekat, tergabung bagai kalung lentera di semesta
Sorot-sorot mata kalian bersinar, wahai saudara
Mencabik-cabik keraguan
Meluluhlantakkan kesombongan
Karena mata-mata kalian nan jernih
Mengabarkan pesan kemenangan yang dirindukan
Insyaallah, pasti datang
Allahu Akbar
Kemenangan kalbu yang bersih
Kemenangan akal sehat yang jernih
Kemenangan gerakan-gerakan yang berkiprah tanpa pamrih
Dari dada ini telah bulat tekad baja
Kita adalah penolong-penolong agama Allah
Jangan halangi
Jangan sanggah
Jangan politisasi
Sebab ini adalah hati nurani
Dari mulut-mulut kita telah terlantun salawat, zikir, dan doa bergulir
Mengalir searah putaran bintang-bintang bertriliun banyaknya
Tersatukan dalam munajat 212
Miliaran matahari itu saudaraku
Merekatkan diri menjadi gumpalan kabut cahaya raksasa di semesta
Bukti kebesaran Allah Azza Wa Jalla
Begitulah kita saudaraku
Harusnya kita saling merekat
Wahai para pejuang fisabilillah di dalamnya
Ayo munajat
Ayo rekatkan umat
Jadikan barisanmu kuat dan saling rekat
Rekatkan Indonesiamu
Rekatkan jiwa-jiwamu
Rekatkan langkah dan tindakanmu
Ya Allah
Berjuta tangan para pejuang agamamu ini
Mengepalkan tinju mereka
Berseru-seru mereka
Menderu-deru mereka
Di setiap jengkal udara
Hingga terlahir takbir kemenangan
Kemenangan di ujung lelah
Menggema takbir bersahut-sahutan
Berjuta sajadah akan kita hamparkan sebentar lagi, kawan
Berjuta kepala menangis bersujud bersyukur
Basah air mata dalam bahagia
Kemenangan sebentar lagi tiba
Allahumma inni a'uzubika min jahdil bala'i wa darkisy syaqa'i wa su'il qada'i wa syamatatil a'da'i
Jauhkan kami dari bala musibah yang tak dapat kami atasi
Lindungkan kami dari kegembiraan orang-orang yang membenci kami
Rekatkan jiwa-jiwa patriot kami dalam keikhlasan
Di nadi-nadi kami
Di jantung-jantung kami
Di pundak-pundak kami
Di jari-jari kami
Yang telah memilih untuk hanya selalu berdua
Kita dan Allah Azza Wa Jalla
Selalu berdua
Kita dan Rasulullah kekasih semesta
Selalu berdua
Kita dan saudara mukmin saling menjaga
Selalu berdua
Kita dan pemimpin yang membela hak-hak umat seutuhnya
Duhai Allah Rabb
Jangan kau jadikan hati kami bagai si penakut pengecut
Sebab kami terlahir di tanah para pahlawan pemberani
Yang rela mengorbankan jiwa raga harta dan segalanya
Jangan jadikan hati kami lalai dan gentar
Karena kami lahir dan besar dibimbing para ulama kami yang sabar
Menetap jantung-jantung kami untuk menjadi pendekar
Yang berani berpihak pada yang benar
Duhai Allah
Jangan kau jadikan hati kami dari tertutup
Dari cahaya terang kebenaran yang menyala di malam-malam munajat
Saat Engkau turun ke jagat dunia
Telah Engkau bersaksikan
Kami tegak berdiri, ya Allah
Kami meminta menangis hingga basah sekujur diri kepada-Mu
Seluruh harapan kami dambakan
Akan Kau tolong atau Engkau binasakan
Akan Kau menangkan atau Engkau lantakkan
Itu hak-Mu
Namun kami mohon jangan serahkan kami pada mereka
Yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami
Dan jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
Ya Allah
Izinkan kami memiliki generasi yang dipimpin
Oleh pemimpin terbaik
Dengan pasukan terbaik
Untuk negeri adil dan makmur terbaik
Takdirkanlah bagi kami
Generasi yang dapat kami andalkan
Untuk mengejar nubuwwah kedua
Wujud dan nyata
Dan lahirnya sejuta Al Fatih di Bumi Indonesia
Allah Rabb
Puisi munajat ini kubaca bersama saudara-saudaraku
Mujahid mujahidah yang datang berbondong-bondong dari segala arah
Maka inilah puisi munajat
Mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu
Bersimpuh di pelataran keprihatinan
Atas ketidakadilan
Atas kesewenang-wenangan
Atas kebohongan demi kebohongan
Atas ketakutan dan ancaman yang ditebar-tebarkan
Atas kepongahan dalam kezaliman yang dipamer-pamerkan
Dalam pertunjukan kekuasaan
Yang mengkerdilkan Tuhan
Yang menantang kuasa Tuhan
Yang tidak percaya bahwa Tuhan pembalas sempurna
Ya Rabb
Engkaulah yang memiliki kekuasaan mutlak di seluruh jagat ini
Allah
Ini puisi munajat
Yang mengetuk-ngetuk pintu langit-Mu
Turunkanlah malaikat berbaris-baris
Burung-burung Ababil
Dan semut-semut pemadam api Ibrahim
Munajat penuh harap
Kau turunkan pertolongan yang dijanjikan
Bagi yang terdera
Bagi pemimpin yang terfitnah
Bagi ulama yang dipenjara
Bagi pejuang yang terus dihadang-hadang
Bagi pembela keadilan yang digelandang ke bilik-bilik pesakitan
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad
Wa asyghilidz dzolimin bidz dzolimin
Allahumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad
Wa asyghilidz dzolimin bidz dzolimin
Wa akhrijna min baynihim saalimin
Wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in
Untuk hari depan yang lebih baik
Untuk kepemimpinan yang berpihak pada rakyat
Bersama-Mu, bersama rasul-Mu
Dalam ketinggian titah-Mu, kami bermunajat
Keluarkan kami dari gelap
Keluarkan kami dari gelap
Keluarkan kami dari gelap
Amin Allahumma Amin ya rabbal alamin
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :
Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur:
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Fadli Zon Minta Buya Syafii Belajar Lagi Apresiasi Sastra Puisi, http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/03/04/fadli-zon-minta-buya-syafii-belajar-lagi-apresiasi-sastra-puisi?page=all.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Hasanudin Aco