Korban Banjir di Desa Bontomatene Jeneponto Butuh Beras dan Kompor
Seperti yang dirasakan warga Dusun Munte, Desa Bontomate'ne, Kecamatan Turatea, sekitar 8,7 kilometer utara kota Bontosunggu
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNTIMUR.COM, JENEPONTO - Banjir bandang yang menerjang Jeneponto sepekan lalu berdampak pada hanyut dan rusaknya sejumlah rumah warga.
Fasilitas umum seperti jembatan ikut rusak dan putus akibat terjangan banjir.
Seperti yang dirasakan warga Dusun Munte, Desa Bontomate'ne, Kecamatan Turatea, sekitar 8,7 kilometer utara kota Bontosunggu, pusat kota Jeneponto.
Pantauan di lokasi Selasa (29/1/2019) sore, jembatan penghubung Desa Bontomate'ne dan Desa Mangepong terputus akibat derasnya arus sungai yang meluap.
Sejumlah warga mulai tampak berkatifitas seperti biasa.
Ada yang sedang asik duduk berbincang, ada yang sibuk membenahi rumahnya yang rusak diterjang banjir dan ada pula yang sibuk mengambil air disungai untuk keperluan cuci piring dan pakaian.
Sepekan terakhir, warga setempat kesulitan memperoleh air bersih. Pasalnya sumber air dari intace atau instalasi pengelolaan air PDAM yang ada di bantaran sungai Munte rusak diterjang banjir.
Warga pun terpaksa menggali sumur-sumur kecil di bantaran sungai untuk keperluan memasak dan minum.
"Ada yang ambil air di sumur-sumur yang digali di pinggir sungai, ada juga yang beli galon untuk minum. Tiga hari setelahnya baru ada pembagian air bersih dari kecamatan," ujar seorang warga, Basma (39).
Sementara untuk keperluan mencuci pakaian, mandi dan cuci piring, warga mengandalkan air sungai Munte.
Plt Kepala Desa Bontomatene, Suaib Liwang, mengungkapkan untuk kebutuhan air bersih, pihaknya baru saja mendapat bantuan tiga bak penampungan air berkapasitas 2000 liter dari Dinas Sosial Jeneponto.
"Pak camat sudah beri kita tiga fiber penampungan air, rencananya kita akan tempatkan masing-masing di tiga dusun yang terdampak untuk kebutuhan air minum dan memasak warga," jelasnya.
Untuk aktifitas perekonomian warga yang terganggu akibat putusnya jembatan, pihaknya mengaku telah mengusulkan ke pemerintah daerah untuk membangun jembatan darurat.
Pasalnya, sejumlah warga yang bekerja sebagai pedagang pasar tidak dapat berkativitas normal lantaran jembatan yang terputus.
"Ini kan ada beberapa warga yang merupakan pedagang pasar, sementara ini tidak bisa ke pasar Gantinga dan pasar Tolo. Begitu juga beberapa siswa tidak bisa menyebrang ke sekolahnya. Jadi kita sudah usulkan untuk dibangun jembatan darurat," ujar Suaib Liwang.