Pengamanat: Ekonomi Model Baru, Bersaing Menjadi Berkolaborasi
Pertama, garap sektor pariwisata. Menurut Aviliani, saat ini sektor pariwisata di Indonesia belum dikerjakan secara maksimal.
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Hasrul
Laporan Wartawan Tribun Timur, Muhammad Fadhly Ali
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Diskusi Smart Economic Outlook 2018 to 2019 berlangsung meriah dengan hadirnya beberapa pembicara berkompeten di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Gubernur Sulsel Jl Urip Sumoharjo Makassar, Kamis (24/1/2019).
Mengangkat tema mendorong sektor kepelabuhanan dan industri logistik di Sulsel sebagai pilar utama pembangunan nasional, lima pembicara bergantian menyampaikan isi kepala dan gagasannya.
Hadir Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Dirut Pelindo IV Farid Padang, Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulsel La Tunreng, Ketua DPD Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Sulselbar Syaifuddin, dan Pengamat Ekonomi Aviliani.
Baca: Nasib Bos Abu Tours Ditentukan Senin Depan di Pengadilan Negeri Makassar
Baca: Eks Kapolda Sulsel Irjen Umar Septono Dimutasi Karena Perpecahan di Polri? Kapolri Beri Penjelasan
Baca: Banjir Hadiah di 70 Tahun Garuda Indonesia, Cek Promonya Disini
Dalam pemaparannya, Pengamat ekonomi dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Aviliani menjabarkan prospek ekonomi global dan domestik dampaknya terhadap ekonomi Sulsel.
Menurutnya, di dalam era ekonomi model baru, perlu merubah cara berpikir dari bersaing menjadi berkolaborasi, dalam bentuk ekosistem baik dengan group perusahaan maupun dengan pesaing, sehingga mampu bertahan.
"Melihat pertumbuhan ekonomi Sulsel secara tahunan sebesar 7,17 persen, tertinggi di antara provinsi di Pulau Sulawesi, dimana Kontribusi Sulsel terhadap pulau Sulawesi sebesar 50,53 persen tentu ini jadi poin penting betapa Sulsel memiliki peran vital," katanya.
Apalagi adanya pembangunan jalan layang, penyelesaian pembangunan Makassar New Port, serta Bandara Bua mendorong pertumbuhan lapangan usaha Konstruksi.
Baca: Kunjungi Korban Banjir, Danny pomanto Sebut Penanganan Lebih Baik
Baca: Hotel Aryaduta Makassar Salurkan 100 Nasi Dos untuk Korban Banjir
"Di samping itu hasil panen beberapa komoditas, seperti padi palawija juga turut mendorong pertumbuhan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 7,26 persen," katanya.
Sayang, dilihat dari realisasi Penanaman Modal Asing (PMA), Sulsel menempati peringkat ke-14 dari 34 Provinsi di Indonesia, yaitu sebesar US$142,48 juta atau Rp 201,6 triliun.
"Bahkan, dilihat dari realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Sulsel menempati peringkat ke-31 dari 34 Provinsi di Indonesia, yaitu sebesar Rp 168,89 miliar saja," katanya.
Peningkatan impor migas Sulsel terpengaruh oleh pelemahan nilai tukar dan harga minyak mentah. Pelemahan nilai tukar rupiah yang berada di kisaran Rp 14 ribu -15 ribu per US$ dapat menekan kegiatan impor.
"Mengakibatkan pertumbuhan impor melambat, defisit neraca perdagangan menyempit," katanya.
Baca: TRIBUNWIKI: Profil Ketua Hotel Front Liner Association Makassar Ivonne Tumbeleka, Hobi Berorganisasi
Tugas pemerintah untuk menggenjot kinerja ekspor untuk mendorong surplus neraca perdagangan. Setidaknya terdapat tiga hal yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong ekspor.
Pertama, garap sektor pariwisata. Menurut Aviliani, saat ini sektor pariwisata di Indonesia belum dikerjakan secara maksimal.
"Di Sulsel, pun demikian. Namun saya lihat Prof Nurdin Bisa mengatasinya," ujarnya.