Kisah Polisi Kepala Sekolah, Guru Terjebak Banjir di Maros, Takalar dan Jeneponto
Kadis Pendidikan Sulsel Irman Yasin Limpo, Selasa (22/1/2019) malam ke Jeneponto, nutuk melihat kondisi guru dan Siswa yang terjebak banjir
Penulis: Ansar | Editor: Thamzil Thahir
MAKASSAR, TRIBUN -- Bencana hydrometeorologi (banjir, air pasang, angin kencang dan tanah longsor) yang menerjang sejumlah daerah di pesisir Selat Makassar, sepanjang Selasa (22/1/2019) hingga Rabu (23/1/2019), masih menyisakan rangkaian cerita duka nan emosional.
Di Maros, kabupaten yang berjarak sekitar 28 km sebelah utara Kota Makassar, sejumlah warga dan pendatang masih terjebak banjir.
M Jusuf Haji Tipu (45), warga Kompleks Maros Regency di Kecamatan Marusu, sekitar 1,2 km dari pusat pemerintahan kabupaten, bersama keluarganya kini harus merinding kedinginan di dalam rumah, dan tak bisa kemana-mana.
"Aa 250 KK di kompleks ini, nasibnya sama dengan kami. Terjebak dalam rumah sendiri, dan kedinginan dan yang bikin resah listrik juga padam," ujar ASN di Badan Lingkungan Hidup Pemkab Maros ini kepada Tribun.
Baca: AWAS 3 Jam Kedepan, Badai Terjang Makassar dan 6 Kabupaten di Sulsel
Baca: VIDEO: Pertama Kali, SMKN 1 Selayar Kebanjiran
Baca: VIDEO: Gelombang Pasang Rusak Kawasan Konservasi Penyu Mampie Polman
Serupa tapi tak sama juga dialami Inspektur Polisi Satu (IPTU) Hasanuddin Bahar. Kapolsek Teluk Jambe Barat, Kota Karawang, Jawa Barat ini, masih terjebak banjir di kedai jagung rebus, Sumber Jagung, Jalan Poros Maros- Bone di Kecamatan Bantimurung, sekitar 31 km sebelah timur kota Maros.
Baca: Hingga Tengah Malam Ini, Arus Lalu lintas di Jalan Poros Maros Masih Lumpuh

"Ini jagung rebus sudah dingin, lanjut ngopi tapi banjir di depan Kantor Bupati Maros (Jl SUltan Hasanuddin Maros) kabarnya masih setinggi perut orang dewasa, mobil masih belum bisa lewat," kata Iptu Hasanuddin, yang dalam perjalanan dari membezuk ayahnya yang sakit di Desa Leppangeng, Kecamatan Lappa Riaja, selatan Bone, sekitar pukul 23.21 wita.
Sejatinya, Kapolsek ini sudah tiba di Makassar, sejak pukul 20.30 wita. Namun, sejak pukul 22.00 wita, hingga pukul 23.40 wita, dia masih harus menunggu antrean kendaraan yang dikabarkan masih stagnan di sekitar Bantimurung, Pasar Tua, Marusu, dan jalan poros Maros-Pangkep.
Dia masih berharap, malam ini bisa tembus ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar di Mandai, Maros, dini hari ini, sebab pukul 09,00 wita, Rabu (23/1/2019) pagi ini, harus terbang kembali ke Jakarta, untuk melanjutkan perjalanan ke Karawang.

Hajjah Mutmainnah, Pengawas SMA dari Dinas Pendidikan Sulsel, kini masih terjebak banjir di Desa Canrego, Kecamatan Polobangkeng Selatan, Kabupaten Takalar.
"Kami sekarang masih nginap di Masjid Nurul Rifai, dekat sungai Pappa, Canrego, sebab jembatan hampir putus, dan juga susah tembus ke Jeneponto," kata Koordinator Pengawas SMA/SMK dan SLB Disdik Provinsi Sulsel Nurlaely Basir Matong MEd TESOL, mengabarkan kondisi Hajjah Mutmainnah
Pengawas ini nekat ke Jeneponto, untuk menjenguk suaminya, Junaidi, yang kini masih terjebak banjir di SMK 8 Jeneponto, di Tamalatea, Jeneponto.
Suaminya, adalah Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8 Jeneponto.
Informasi yang dia peroleh, suaminya bersama sejumlah guru masih terjebak banjir di atap sekolah. "Mereka sudah mengevakuasi siswa yang masuk Rumah sakit."
Informasi yang diperoleh Korwas, kepala sekolah, guru-guru kini masih ada di lantai dua SMAN 1 Jeneponto. Informasi yang diperoleh, kepala sekolah, para guru dan siswa SMK ini ini masih mengikuti acara sosialisasi Beasisiwa Bidik Misi dari Kemendiknas di SMA 1 Jeneponto.
Informasi terakhir, hingga pukul 21.00 wita, belasan guru, dan puluhan siswa yang terjebak banjir sepanjang siang hingga malam, sudah dievakuasi orangtua dan otoritas penanggulangan bencana setempat.
"Pak Kadisdik (Irman Yasin Limpo), kini sudah menuju Jeneponto, untuk melihat kondisi lapangan," kata Korwas.