Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Angka Kematian Bayi Meningkat, Dinkes Bulukumba Bakal Lakukan Evaluasi Program

Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami peningkatan.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Anita Kusuma Wardana
dinkes Bulukumba
Rapat Kelompok Kerja (Pokja) Pemkab Bulukumba, beberapa waktu lalu 

Laporan Wartawan TribunBulukumba.com, Firki Arisandi

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Angka kematian bayi (AKB) di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami peningkatan.

Berdasarkan rekap Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel dari Januari-September 2018, jumlah kematian bayi di Butta Panrita Lopi, julukan Bulukumba mencapai 61 jiwa.

Baca: Sepekan, Satresnarkoba Polrestabes Makassar Bongkar Peredaran Sabu di 5 Titik

Baca: Ditangkap Polsek Tamalanrea di Gowa, Terduga Penadah Motor Curian Terancam 4 Tahun Penjara

Angka tersebut mencatatkan Bulukumba sebagai kabupaten dengan AKB tertinggi kedua di Sulsel, dibawah Kabupaten Jenneponto dengan jumlah AKB 87 jiwa.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Bulukumba, Rukiah, Senin (12/11/2018).

Dari total 61 bayi meninggal tersebut, kata Rukiah, sebanyak 51 bayi meninggal dari RSUD Sulthan Dg Radja Bulukumba, sisanya berasal dari 20 Puskesmas yang tersebar di 10 kecamatan dan 136 desa/kelurahan di Bulukumba.

Rukiah menegaskan, dari jumlah keseluruhan tersebut termasuk bayi usia 0-12 bulan.

Meningkatnya jumlah kematian bayi tersebut, jelas Rukiah, nantinya bakal menjadi bahan evaluasi untuk penyusunan program kerja kedepannya.

Pasalnya, Dinkes Bulukumba telah melakukan seluruh program pencegahan, baik berupa sosialisasi, koordinasi dengan PKK, menempatkan bidan disetiap puskesmas, hingga menggenjot perbaikan posyandu agar masyarakat tertarik untuk berkunjung.

Beberapa kegiatan lainnya, beber Rukiah, pihaknya juga rutin melakukan pemberian zat besi untuk anak usia sekolah

Bahkan pada saat hendak menikah, Dinkes juga memberikan konseling, mulai dari pembelajaran tentang gizi, berhubungan badan yang baik, hingga program Keluarga Berencana (KB) disampaikan kepada calon pengantin.

"Minggu depan kami akan lakukan pertemuan untuk ini. Apa masalahnya dan lain-lain, sehingga perencanaan kedepan betul-betul mengentaskan masalah di lapangan. Karena kita sudah lakukan sosialisasi untuk pencegahan ini," ujar Rukiah.

Rukiah menjelaskan, salahsatu indikator penyebab kematian bayi, yakni menikah di usia yang masih muda. Pada usia tersebut, perempuan belum terlalu siap untuk mengandung.

Baca: Makna Hari Ayah Bagi Wali Kota Makassar

Baca: BREAKING NEWS: Mamasa Gempa Lagi, Segini Kekuatannya

Dampaknya, pada saat kelahiran terkadang bayi mengalami berat badan lahir rendah (BLBR) dan juga asfiksia atau gangguan pernafasan. (*)

Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube kami: 

Follow juga akun instagram official kami: 

11
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved