Pilgub Sulsel 2018
Soal Kampanya Hitam, Pengamat Politik Unhas: Kearifan Lokal Sudah Hilang
Selebaran-selebaran yang menjatuhkan Prof Andalan tersebut mulai tersebar usai debat ketiga di Jakarta beberapa waktu lalu.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Mahyuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Black campaign atau kampanye hitam yang baru-baru menimpa pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel nomor urut 3, Nurdin Abdullah-Andi Sudirman Sulaiman (Prof Andalan) merupakan suatu bentuk penghianatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal.
Hal tersebut diungkapkan pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr Jayadi Nas.
"Mengenai selebaran yang dibuat oleh orang yang tidak jekas menunjukkan bahwa hal tersebut sebagai salah satu bentuk penghianatan terhadap nilai-nilai kearifan lokal kita. Itu jelas bukan budaya kita," ucapnya melalui rilis tim Prof Andalan, Sabtu (12/5/2018)
Budaya orang Sulawesi Selatan, kata Jayadi Nas, adalah budaya sipakainga.
Itu apabila ada sesuatu yang tidak maksimal.
Baca: Warga Ramai-ramai Kecam Black Campaign di Pilkada Sulsel
"Budaya selabaran itu bisa dikatakan penghianatan besar-besaran terhadap karakter, kearifan atau nilai-nilai leluhur kita," tambahnya lagi.
Diketahui, selebaran-selebaran yang menjatuhkan Prof Andalan tersebut mulai tersebar usai debat ketiga di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Debat ketiga percuma dilakukan. Karena setelah itu langsung ada kampanye hitam. Ini sangat merusak budaya kita sebagai orang Sulsel," jelasnya.(*)