NH Aziz
Program NH-Aziz Ini Diyakini Dorong Distinasi Wisata Dunia di Sulsel
Menurut NH, pengembangan fasilitas bandara sangat menunjang pengembangan destinasi wisata internasional.
Penulis: Abdul Azis | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Calon gubernur-wakil gubernur Sulsel, Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz) mencanangkan infrastruktur merata dalam konsep Sulsel Baru.
Pemerataan infrastruktur itu meliputi peningkatan fasilitas bandara yang diyakini mampu mendorong pengembangan destinasi wisata internasional di sejumlah kawasan di Sulsel.
NH-Aziz sendiri memang memprogramkan pengembangan wisata bertaraf internasional di setidaknya empat daerah. Mulai dari Toraja, Maros, Bulukumba hingga Selayar.
Untuk menunjang itu, pasangan nomor urut satu mendorong peningkatan fasilitas bandara di daerah destinasi wisata dan sekitarnya. Beberapa daerah, meliputi Toraja, Luwu, Bone, dan Selayar.
Menurut NH, pengembangan fasilitas bandara sangat menunjang pengembangan destinasi wisata internasional.
Keberadaan lapangan terbang yang representatif tentunya dapat meningkatkan gairah wisatawan untuk pelisiran. Sebaliknya, akses yang terbatas dan sulit dijangkau, membuat turis berpikir ulang untuk datang.
"Contoh kecil di Toraja, kalau serius menjadikannya destinasi wisata dunia ya harus ada bandara internasional dong, paling tidak di sekitarnya. Kalau di Toraja ya memang agak sulit karena medannya, tapi tetap bisa diupayakan. Paling tidak, menempatkan bandara internasional di daerah tetangga, seperti Bandara Bua di Luwu," kata NH via rilis, Sabtu (24/2/2018).
Toraja selama ini dikenal memiliki pesona alam dan budaya yang sangat mengagumkan. Daerah pegunungan itu memang sangat layak menjadi destinasi wisata internasional.
Kendalanya, terletak pada akses menuju Toraja yang terbilang jauh bila harus ditempuh melalui jalur darat.
Berdasarkan pengalamannya, NH menyebut butuh waktu setidaknya delapan jam dari Makassar ke Toraja via jalur darat.
Dengan alokasi waktu selama itu di mobil atau bus, wisatawan pastinya kelelahan sebelum akhirnya sampai. Padahal, bila ada bandara representatif, maka jarak tempuh dapat dipangkas tidak sampai satu jam.
"Kalau lewat jalur darat, ya memang cukup jauh dan itu yang terkadang membuat wisatawan berpikir. Bukannya keindahan yang langsung diperoleh, tapi kelelahan dulu. Olehnya itu, perlu adanya bandara atau lapangan terbang yang representatif," tutur dia.
NH-Aziz sendiri memproyeksikan peningkatan bandara di sejumlah kawasan. Selain Toraja dan Luwu, pasangan tegas, merakyat dan religius itu juga memilih Bone dan Selayar.
Bone merupakan salah satu daerah berkembang yang dapat menjadi pusat ekonomi. Adapun Selayar memiliki potensi wisata yang tidak kalah dari Bali. (*)