Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Konsultasi Tribun Health

Waspada Demam Tifoid, Perhatikan Kebersihan Makanan Anda

Gejala demam tifoid sangat bervariasi dari ringan sampai berat sehingga dapat menimbulkan komplikasi dan kematian

Penulis: Hasrul | Editor: Ardy Muchlis
zoom-inlihat foto Waspada Demam Tifoid, Perhatikan Kebersihan Makanan Anda
shutterstock
ilustrasi

Laporan Wartawan Tribun Timur Hasrul

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Demam tifoid merupakan penyakit yang mudah menular. Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi.

Kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan di dalam lambung, namun sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak.

Dokter spesialis penyakit dalam, dr Iwan Judodihardjo SpPD menegaskan bila respon imun tubuh kurang baik maka kuman dapat menyebar masuk ke dalam peredaran darah dan kandung empedu.

"Gejala demam tifoid sangat bervariasi dari ringan sampai berat sehingga dapat menimbulkan komplikasi dan kematian," ungkap dokter spesialis Rumah Sakit Siloam Hospital Makassar.

Gejala yang paling menonjol adalah demam yang berkepanjangan, dan berlanjut hingga empat pekan jika tidak ditangani. Infeksi Salmonella Paratyphi mengakibatkan gejala penyakit yang lebih ringan daripada Salmonella Typhi.

Selain demam, sebagian besar gejala berhubungan dengan saluran cerna, seperti nafsu makan menurun, nyeri perut, mual, muntah, diare, sulit buang air. Gejala lain yang biasa menyertai, seperti sakit kepala, menggigil, badan terasa pegal dan lemas.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan yang meningkat. Demam bersifat meningkat secara perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.

Pada pekan kedua, gejala-gejala menjadi semakin jelas, berupa demam, bradikardi relatif (peningkatan suhu 1oC, tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), pembesaran hati, pembesaran limpa, nyeri perut, bahkan dapat terjadi penurunan kesadaran.

Pada pemeriksaan darah sering ditemukan sel darah putih yang menurun jumlahnya, dapat pula terjadi jumlah sel darah putih yang normal atau meningkat.

"Pemeriksaan laboratorium lain yang rutin dilakukan pada demam tifoid adalah uji Widal dan uji TUBEX," ungkap Iwan Judodihardjo.

Pengobatan demam tifoid berupa istirahat dengan tirah baring (bed rest) yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan, pemberian makanan padat dengan menghindari sayuran yang berserat, pemberian obat antimikroba dan obat-obat lain sesuai dengan gejala dan keluhan penderita.

Komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid berupa perdarahan usus hingga perforasi usus, berkurangnya pergerakan usus, infeksi pada pankreas, infeksi pada jantung dan pembuluh darah, infeksi pada paru-paru, hati, kandung empedu, ginjal dan tulang.

Perforasi usus ditandai dengan nyeri perut yang hebat dan kembung. Jika tidak diobati, angka kematian pada demam tifoid berkisar antara 10-20 persen, sedangkan pada kasus yang diobati angka kematian sekitar 2 persen.

Kebanyakan kasus kematian berhubungan dengan malnutrisi, balita dan lansia. Infeksi demam tifoid yang berulang dapat terjadi pada sekitar 25 persen kasus.

Pencegahan terhadap demam tifoid dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi, menjaga kebersihan tangan dan peralatan makan, pengobatan pada anggota keluarga yang menderita demam tifoid untuk mencegah penularan dan vaksinasi.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved