Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Bikin Haru, Penyandang Disabilitas di Bulukumba Ini Mampu Kuliahkan Anaknya, Begini Kisahnya

Dalam kondisinya yang cacat, Suherman selalu memotivasi diri sendiri bahwa kecacatan bukanlah suatu hambatan untuk berkarya.

Penulis: Firki Arisandi | Editor: Hasriyani Latif
handover
Suherman (Kanan) bersama kedua anak dan cucunya, saat menghadiri wisuda anak pertamanya. 

Laporan Wartawan TribunBulukumba.com, Firki Arisandi

TRIBUNBULUKUMBA.COM, UJUNG BULU - Kaki kiri Suherman diamputasi pada tahun 1991 di Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

Saat itu umur Suherman berusia 22 tahun, yang sedang hobi-hobinya bermain sepak bola. Di usia yang terbilang masih muda, Suherman harus merelakan salah satu anggota tubuhnya itu.

Suherman sempat depresi dan minder, bahkan mengurung dirinya dalam rumah selama dua bulan.

Amputasi saat itu bukanlah keinginan Suherman, tapi karena dukungan orangtua yang ingin melihat anaknya terlepas dari penyakit kanker tulang yang dideritanya. Suherman ikhlas.

Dalam kondisinya yang cacat, Suherman selalu memotivasi diri sendiri bahwa kecacatan bukanlah suatu hambatan untuk berkarya.

"Saya punya prinsip, bahwa memotivasi diri sendiri jauh lebih indah dibandingkan dengan selalu menunggu untuk di motivasi," tutur Seherman, Sabtu (9/12/2017).

Baca: 10 Penyandang Disabilitas Siap Taklukkan Gunung Sesean

Baca: Penyandang Disabilitas di Luwu Timur Dilatih Berwirausaha

Ditahun yang sama pascaoperasinya, Suherman mulai aktif dan menjadi utusan dari Bulukumba untuk mengikuti pelatihan di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya (PSBDW) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Ditempat itulah, Suherman bertemu dengan Jufria Parusangi, wakil dari Manado, Sulawesi Utara yang akhirnya resmi dipersuntingnya pada 1 Januari 1993.

Dari pernikahannya tersebut, mereka dikaruniai anak perempuan pada tahun 1994, yang diberi nama Dewinta Putri Suherman dan satu tahun kemudian, lahir anak kedua mereka yang diberi nama Dwiyanto Putra.

Namun, duka menghampiri keluarga kecil suherman di tahun 2013, Jufria meninggal dunia karena menderita komplikasi.

Sebagai penyandang disabilitas, Suherman tidak pernah meminta kepada orang lain. Dirinya bisa hidup mandiri dengan membuka bengkel di pekarangan rumahnya, di Jl Datok Tiro, Kelurahan Ela-ela, Kecamatan Ujung Bulu, Bulukumba, Sulsel.

Disamping itu, Suherman aktif di Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Bulukumba sebagai ketua, serta membuat kerajinan tangan papan nama dari kayu.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved