Betulkah Maulid Nabi Muhammad SAW Bukan Bid'ah? Ulama Terkenal Indonesia Jelaskan Hukumnya
Sayyidina ‘Utsmân ra. juga melakukan apa yang tidak dilakukan Rasul saw.
TRIBUN-TIMUR.COM - Hari Jumat (1/12/2017) besok, diperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Di Indonesia, memang diperingati tiap tanggal 12 Rabiul Awal (penanggalan Hijriah).
Bagi sebagian umat Islam (Muslim) di Indonesia, peringatan Maulid atau hari lahirnya Nabi Muhammad SAW saja tak cukup.
Guna melengkapinya, dilakukan perayaan meriah, seperti merayakan ulang tahun umatnya.
Perayaan Maulid pun sudah menjadi tradisi.
Nah, terkait dengan perayaan itu, ada dua pendapat.
Ada yang menyatakan boleh dan ada pula menyatakan bid'ah (perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan).
Pihak yang menyatakan boleh beralasan bahwa perayaan Maulid sebagai ekspresi kegembiraan atas kelahiran dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.
Pihak yang menyatakan bid'ah beralasan perayaan itu tak memiliki landasan kuat dan tergolong perbuatan baru. Nabi pun tak pernah merayakan ulang tahunnya.
Direktur Pusat Studi Quran, Prof Muhammad Quraish Shihab menjelaskan hukum merayakan Maulid (merayakan ulang tahun Nabi Muhammad SAW) dan tahlil.
Mantan Menteri Agama ini juga menjelaskan secara detil tentang bid'ah.
Penjelasan ini disampaikan melalui majalah Alhamudlillah it's Friday atau Alif Magz dan dikutip tribun-timur.com. Majalah itu merupakan media internal Pusat Studi Quran.
Bid‘ah dari segi bahasa adalah sesuatu yang baru, belum ada yang sama sebelumnya.
Tentu saja, dalam kehidupan ini banyak hal baru yang bukan saja bersifat material, melainkan juga immaterial dan bukan saja dalam adat kebiasaan, tetapi juga dalam praktik-praktik yang berkaitan dengan agama.
Hal yang baru itu boleh jadi baik dan boleh jadi juga buruk. Jika demikian, pastilah ada bid‘ah yang baik dan buruk.
