Wisata Sulsel
Mengenal Lebih Dalam Coto Makassar, Intip Sejarahnya
Dulunya makanan ini menjadi hidangan khusus bagi kalangan istana kerajaan Gowa. Tamu istimewa atau saat ritual adat pasti ada coto mangkasara
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Suryana Anas
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Coto Mangkasara atau yang akrab dengan sebutan Coto Makassar rupanya punya filosopi tersendiri.
Makanan tradisional khas Makassar ini sudah ada sejak kerajaan Gowa. Kala itu berpusat di Sombaopu sekitar tahun 1538 masehi, wilayah selatan kota Makassar.
Mengungkap sejarah coto Makassar, tribun-timur.com mengulas melalui catatan sejarah kuliner khas Makassar di Dinas Pariwisata Makassar.
Kabid Destinasi Dinas Pariwisata Makassar Andi Karunrung mengatakan makanan yang identik dengan daging sapi berkuah, serta di bumbui denga segudang rempah ini merupakan makanan bercita rasa tinggi.
"Dulunya makanan ini menjadi hidangan khusus bagi kalangan istana kerajaan Gowa. Tamu istimewa atau saat ritual adat pasti ada coto mangkasara'," ujar Andi, Jumat (29/9) via whats app.
Lanjut Andi, coto ini punya banyak cerita, ada pula yang mengatakan bahwa coto Makassar diciptakan oleh rakyat jelata dan disajikan kepada para pengawal kerajaan sebelum bertugas untuk menjaga kerajaan di pagi harinya.
Pada abad 16, hidangan coto Makassar sebagai kuliner khas juga mendapat pengaruh dari kuliner Cina yang telah ada saat itu.
Hal ini dapat dilihat dari jenis sambal yang digunakan yakni sambal tauco sebagai salah satu identitasnya.
Kelezatan yang memanjakan lidah ketika menikmati hidangan Coto Makassar ini tidak terlepas dari pengolaan berbagai jenis bumbu yang digunakan.
Tidak tanggung-tanggung, dalam meramu jenis bumbu yang digunakan pada Coto Makassar ini dilakukan pencampuran 40 jenis bumbu lokal (rampa patang pulo).
Yyang terdiri kacang, kemiri, cengkeh, pala, foeli, sereh yang ditumbuk halus, lengkuas, merica, bawang merah, bawang putih, jintan, ketumbar merah, ketumbar putih, jahe, laos, daun jeruk purut, daun salam, daun kunyit, daun bawang, daun seledri, daun perei, lombok merah, lombok hijau, gula tala, asam, kayu manis, garam, pepaya muda untuk melembutkan daging, dan kapur untuk membersihkan jeroan.
Rasa dan aroma khas yang dihasilkan oleh bumbu pada hidangan coto Makassar ini juga berfungsi sebagai penawar zat yang terdapat dalam hati, babat, jantung, dan limpah yang banyak mengandung kolesterol.
Selain menggunakan ramuan bumbu dengan berbagai macam rempah-rempah pilihan, pengolahan hidangan kuliner Coto Makassar ini secara khusus menggunakan kuali tanah (uring butta) sebagai wadah masaknya.
Andi mengungkapkan coto makassar biasanya disantap dengan ketupat.