Aktivis Walhi Desak Polda Sulsel Agar Transparan soal Kasus Karang Hidup
Sebelumnya tim Polda Sulsel membawa kembali 21 box berisi ratusan jenis Coral hidup atau Karang hidup asal Sulsel yang ditangkap dan diungkap di Bali.
Penulis: Darul Amri Lobubun | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan Wartawan Tribun Timur, Darul Amri Lobubun
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pihak Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel mendesak Polda Sulsel, agar transparan terkait kasus ratusan Coral hidup Sulsel.
Direktur Walhi Sulsel Asmar Ekswar mengatakan, terkait Coral atau terumbu karang Sulsel yang digagalkan di Bali, seharusnya Polda tidak main-main.
Baca: Diamankan di Bali, 21 Box Terumbu Karang Hidup Asal Sulsel Tiba di Makassar Besok
Baca: Wow. Penjualan Koral Ilegal Sulsel Rugikan Negara Rp 12 M, Lihat Ini
"Ini soal ekosistem laut di sulsel yang dijual belikan, kami desak polda agar buktikan pengungkapannya," katanya kepada tribun, Rabu (27/9/2017).

Menurut Asmar, tiga ekosistem penting yang menunjang laut adalah, terumbu karang, Mangrof, dan Padang Lamun.
Jika salah satu dari ketiganya itu hilang atau rusak, apalagi kerusakan terumbu karang. Maka tentunya akan berdampak penting terhadap ekosistem laut Sulsel.
"Ini kejahatan serius serius, karena laut adalah salah satu sumber penghidupan masyarakat sulsel, jadi kami mendesak agar mengungkap kasus ini," ujarnya.
Baca: 21 Boks Koral Sulsel yang Diselundupkan, Ternyata Mau Dijual ke Tiga Negara
Baca: Wow. Penjualan Koral Ilegal Sulsel Rugikan Negara Rp 12 M, Lihat Ini
Selain Kepolisian, Walhi Sulsel juga mendesak Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Agar turun langsung kroscek.
"Kementerian harus turun tangan, lacak bisnis harus dibongkar, mulai perantara, pembeli hingga pemiliknya. Sulsel sudah darurat kerusakan laut," lanjut Asmar.

Sebelumnya tim Polda Sulsel membawa kembali 21 box berisi ratusan jenis Coral hidup atau Karang hidup asal Sulsel yang ditangkap dan diungkap di Bali.
21 box berisi ratusan jenis Coral Sulsel itu, rencananya akan ditempatkan di Bali. Kemudian, akan dijual belikan kembali ke negara Singapura, Cina dan Thailand.