Penelitian: Dari 10 Mahasiswa Makassar yang Seks Bebas, 7 Tanpa Pelindung, 4 Pernah Aborsi
Dari data yang diperoleh tim peneliti, dikemukakan pula motif atau faktor yang menjadi pendorong melakukan hubungan seks.
Penulis: Hasrul | Editor: Ina Maharani
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasrul
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Civic Institute berkolaborasi dengan Keluarga Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosil dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Hasanuddin (Unhas) merilis hasil penelitian tentang perilaku seks mahasiswa Kota Makassar.
Penelitian tersebut merupakan inisiatif dari kedua lembaga tersebut untuk melakukan kajian mengenai perilaku seks mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan sejak bulan Maret 2016 menggunakan metode angket terhadap 400 orang mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) se Kota Makassar.
Dalam penelitian tersebut ditentukan beberapa variabel yang menggambarkan perilaku seks mahasiswa di Kota Makassar, yaitu pengetahuan, sikap, tindakan seks, pengalaman dan faktor pendorong.
Dari data yang diperoleh tim peneliti secara rata-rata responden cukup memiliki pengetahuan seksual baik bentuk dan resiko yang ditimbulkan.
Sebanyak 78,75 persen responden menjawab ‘salah’ pada pernyataan ‘penyakit menular seksual tidak dapat tertular lewat hubungan seks’.
Begitu pula pada pernyataan bahwa ‘seks adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan didasari oleh keinginan (libido) dengan tujuan mencari kenikmatan’ sebanyak 77, 25 persen menjawab ‘benar’.
Pada indikator tindakan terungkap bahwa sebanyak 132 orang mengaku pernah melakukan hubungan seksual, 92 orang diantaranya pernah melakukan hubungan seks tanpa alat kontrasepsi dan 48 diantaranya pernah melakukan aborsi.
Atau jika ada 10 orang mahasiswa yang pernah melakukan hubungan seksual, 7 diantaranya pernah melakukan seks tanpa alat kontrasepsi dan 4 diantaranya pernah melakukan aborsi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa mahasiswa Kota Makassar cenderung melakukan seks beresiko. Resiko yang dimaksudkan adalah baik penyakit yang diakibatkan hubungan seks maupun Kehamilan yang tidak diharapkan.
Perilaku seksual di kelompokkan menjadi perilaku seksual beresiko dan perilaku seksual tidak beresiko.Perilaku seksual beresiko yakni jika responden pernah berciuman bibir pada tingkatan awal dan berhubungan seks pada tingkatan lanjutan.
Sehingga peelitian tersebut mengungkapkan bahwa persentase seks beresiko mencapai 33,95 persen. Responden laki-laki lebih cenderung melakukan seks beresiko dengan persentasi mencapai 23,1 persen dibanding perempuan yaitu 10,85 persen.
Dari data yang diperoleh tim peneliti, dikemukakan pula motif atau faktor yang menjadi pendorong melakukan hubungan seks.
Bahwa keinginan melakukan seks karena dorongan ingin tahu sebanyak 11,25 persen (45) responden menjawab sangat setuju setuju, 20,75 persen (83) menjawab setuju, 21,75 persen (87) responden menjawab netral, 25 persen (100) menjawab tidak setuju dan sisanya 21,25 persen (85) menjawab sangat tidak setuju. Motif tersebutlah yang paling banyak responden menjawab setuju atau sangat setuju.