Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Skuad PSM Wisata Budaya di Benteng Fort Rotterdam, Kenali Sejarah dan Filosofi Makassar

Benteng yang memiliki enam bastion ini dibangun oleh Raja Gowa ke-9 Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna pada tahun 1545.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Abdul Azis Alimuddin
tribun.timur.com/kaswadi anwar
PENGENALAN BUDAYA - Skuad PSM Makassar berfoto bersama usai kegiatan pengenalan budaya Makassar di Benteng Fort Rotterdam, Jl Ujung Pandang, Kelurahan Bulo, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Kamis (13/11/2025). Kegiatan ini rangkaian HUT 110 PSM Makassar. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Skuad PSM Makassar diperkenalkan budaya Makassar.

Pelatih, pemain, manajemen, ofisial tim PSM Makassar berkunjung ke Benteng Fort Rotterdam,  Jl Ujung Pandang, Kelurahan Bulo, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar,  Kamis (13/11/2025).

Benteng Fort Rotterdam dikenal juga sebagai Benteng Penyu karena bentuknya menyerupai penyu.

Benteng yang memiliki enam bastion ini dibangun oleh Raja Gowa ke-9 Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna pada tahun 1545.

Pada tahun 1667, benteng ini diserahkan kepada Belanda melalui Perjanjian Bongaya  setelah kekalahan Kerajaan Gowa.

Belanda mengganti namanya menjadi Benteng Fort Rotterdam, sesuai nama kelahiran Laksamana Cornelis J Speelman yang memimpin VOC saat itu.

Skuad PSM Makassar tiba di Benteng Fort Rotterdam pukul 16.32 Wita.

Pelatih PSM Makassar Tomas Trucha memimpin rombongan.

Sebanyak 31 pemain hadir, hanya tiga absen karena dipanggil Timnas U-23 Indonesia.

Pemain absen yaitu gelandang Ananda Raehan, penyerang sayap Ricky Pratama dan kiper M Ardiansyah.

Hadir dari jajaran manajemen Komisaris PSM Makassar Andi Suruji, Direktur Operasional PSM Makassar Rafiuddin Razak, Direktur Komersial PSM Makassar Hafit Timor Mas'ud.

Kedatangan tim Juku Eja disambut dengan Angngaru dari Sanggar Seni Siradjuddin Bantang.

Angngaru merupakan ritual adat di Bugis Makassar.

Di masa lalu, Angngaru merupakan sumpah atau ikrar sakral yang diucapkan prajurit kepada raja dengan suara yang lantang sebelum ke medan perang.

Tujuannya membangkitkan semangat juang dan menumbuhkan jiwa patriotik.

Setelah itu, rombongan naik ke Bastion Bone. Di tempat ini mereka diperlihatkan tarian Paraga.

Tarian ini atraksi keterampilan memainkan bola takraw dengan enam penari pria.

Mereka mengenakan pakaian adat, dengan gerakan yang dipertontonkan dengan penuh sukacita. 

Gerakan ini melambangkan kerjasama, semangat, dan kegigihan dalam menghadapi masalah.

Dalam kesempatan ini, pelatih, pemain dan ofisial diberikan penjelasan sejarah PSM Makassar oleh penulis buku Satu Abad PSM Mengukir Sejarah, M Dahlan Abubakar.

M Dahlan Abubakar menyebut, PSM Makassar adal tim penuh sejarah.

Klub ini 110 tahun tetap eksis di sepak bola Indonesia. Tak pernah sekali pun merasakan degradasi.

Berbagai julukan pun disematkan kepada klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) ini.

Pertama, Juku Eja. Ia menyebut, pemain PSM Makassar itu di lapangan sangat cepat, lincah dan agresif.

Apalagi, PSM Makassar memiliki jersey kandang berwarna merah.

“Dibayangkan seperti ikan yang di laut, Juku Eja. Itu kan gesit," katanya.

Dahlan Abubakar melanjutkan, PSM Makassar juga mempunyai julukan Ayam Jantan dari Timur.

Julukan ini lahir dari persaingan sengit PSM Makassar dengan PSMS Medan.

PSMS Medan memiliki julukan Ayam Kinantan, makanya PSM Makassar menggunakan Laskar Ayam Jantan dari Timur.

“Kita gunakan Ayam Jantan Dari Timur, karena memang satu-satunya tim dari belahan timur itu adalah PSM Makassar,” ucapnya.

Akademisi Universitas Hasanuddin ini melanjutkan, PSM Makassar juga mempunyai julukan Pasukan Ramang.

Pasukan Ramang dipopulerkan oleh pendiri Fajar Group Alwi Hamu.

Pasukan Ramang ini untuk memberi semangat kepada pemain waktu 1990 karena prestasi PSM Makassar menurun.

Sebab, 24 tahun trofi juara Liga Perserikatan tak pernah mendarat di Kota Makassar.

Akhirnya, pada musim 1991/1992 PSM Makassar keluar sebagai kampiun di bawah pelatih Syamsuddin Umar.

“Pasukan Ramang dulu untuk memberi semangat kepada pemain, waktu itu tahun 1990, masa drop kita terlalu lama, tak pernah juara,” tuturnya.

Terakhir, ada julukan Laskar Pinisi.

Dahlan Abubakar mengatakan, julukan itu sebagai simbol ketangguhan kapal pinisi menghadapi gelombang laut dan angin topan.

Makanya, ada semboyan di PSM Makassar itu bola boleh lewat, tapi orang tidak. Orang boleh lewat, tapi bola tidak.

Soal slogan Siri Na Pacce, Dahlan Abubakar menyampaikan, pemain yang membela PSM Makassar harus punya rasa malu kalau kalah.

Dulu pemain kalau kalah itu menangis, begitu pun dengan suporter.

Ia pun mengutip pernyataan Ramang bahwa pertandingan itu bukan 2x45 menit, melainkan 2x90 menit.

“Kita berharap ini menjadi motivasi soalnya PSM Makassar bukan tim kecil, bukan tim kemarin, sudah 110 tahun,” sebutnya.

Usai pemaparan Dahlan Abubakar, skuad PSM Makassar diperlihatkan Tari Pepe-Pepeka Ri Makkka.

Tarian ini menampilkan atraksi penari bermain dengan api, tapi tidak terbakar sama sekali.

Ofisial, pemain dan pelatih pun maju ikut tarian ini. Di mulai dari Cadu Nunes, Abdul Rahman, Gledson Paixao dan Tomas Trucha.

Silih berganti mereka naik membentangkan kedua tangannya, kemudian kobaran api di dekatkan ke tangan mereka.

Manajer PSM Makassar Muhammad Nur Fajrin mengatakan, kegiatan ini rangkaian dari HUT ke-110 PSM Makassar.

PSM Makassar berusia 110 tahun pada 2 November lalu.  Pada HUT 11 dekade klub kebanggaan masyarakat Sulsel mengangkat tema Continue Legacy.

“Kita harus memahamkan pemain legacy  dimaksud bukan hanya soal prestasi, tapi da warisan budaya dilahirkan pendahulu kita dan menjadi modal bagi pemain melanjutkan perjalanan di PSM Makassar,” katanya.

Ada pun Benteng Fort Rotterdam dipilih menjadi lokasi karena simbol ketangguhan masyarakat Makassar pada masanya.

Benteng yang memiliki nama Benteng Ujung Pandang ini telah berdiri sekira 480 tahun.

“Ini memberi harapan bagi PSM Makassar agar bisa bertahan lebih lama,” tutur Fajrin.

Sedangkan tarian Angngaru menjadi simbol ikrar janji sumpah setia prajurit ke medan perjuangan.

Tari Paraga mempunyai makna bahwa bola sepak bukan hanya menjadi olahraga di Makassar maupun Sulsel, tapi menjadi bagian dari kehidupan.

Skuad Pasukan Ramang kemudian meninggalkan Benteng Fort Rotterdam pukul 17.33 Wita.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved