Makassar Mulia
PESONA, Akselerasi Makassar Menuju Kota Zero Waste Berbasis Komunitas
TRIBUN-TIMUR.COM - Komitmen Pemerintah Kota Makassar dalam mengatasi tantangan persampahan dan mencapai target Zero Waste mendapatkan momentum signifikan dengan peluncuran program inovatif berbasis komunitas.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin memberikan apresiasi tinggi kepada Kecamatan Panakkukang, khususnya Kelurahan Paropo, atas kesigapan dan responsivitasnya dalam mengelola dan memilah sampah.
Hal ini dibuktikan dengan diluncurkannya program PESONA (Pendistrbusian Sampah Organik untuk Maggot) pada Sabtu, 27 September 2025.
Appi, sapaan Munafri Arifuddin, menyoroti program PESONA sebagai inisiatif krusial yang mendukung target ambisius kota.
Program ini memanfaatkan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) atau maggot sebagai pengurai alami sampah organik, sebuah metode yang secara ilmiah terbukti efektif.
Langkah yang diambil Panakkukang ini sangat relevan mengingat tingginya volume sampah di Makassar.
Berdasarkan data, volume timbunan sampah Kota Makassar pada tahun 2021 telah mencapai sekitar 1.023,71 ton/hari.
Mayoritas sampah di Indonesia, termasuk di Makassar, didominasi oleh sampah organik (diperkirakan mencapai lebih dari 60 persen dari total sampah).
Wali Kota Munafri memaparkan data spesifik mengenai daya urai maggot.
"Satu kilo maggot bisa mengurai lima kilo sampah. Bayangkan kalau kita punya 100 kilo maggot, artinya 500 kilo sampah bisa habis. Kalau dikalikan tiga (siklus harian/periode waktu), itu 1,5 ton," jelas Munafri mengatakan.
Pernyataan ini sejalan dengan temuan studi literatur yang menyebutkan bahwa larva BSF memiliki kemampuan biokonversi yang tinggi, mampu mengurai sampah organik dalam waktu relatif singkat (2-3 minggu) dan secara signifikan mengurangi volume sampah yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Selain mengurangi timbulan, proses penguraian maggot menghasilkan produk bernilai ekonomi, yaitu pupuk organik dan maggot dewasa yang kaya protein untuk pakan ternak.
Munafri menegaskan, "Sampah jangan dianggap musuh, tapi sebagai komposisi yang bisa menambah uang belanja ibu-ibu di rumah."
Untuk mencapai target Zero Waste dan menekan volume sampah yang masuk ke TPA Tamangapa Antang, Wali Kota menekankan pentingnya adopsi tiga pilar inovasi pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga:
Munafri menggarisbawahi langkah sederhana namun berdampak besar ini, yakni memisahkan sampah organik dan nonorganik menggunakan dua wadah.
Sampah nonorganik (plastik) diarahkan ke Bank Sampah karena memiliki nilai ekonomi (dapat mencapai Rp4.000–Rp4.500 per kilogram untuk plastik daur ulang), sementara sampah organik untuk program PESONA (maggot) atau kompos.
Wali Kota mendorong petugas kebersihan dan masyarakat untuk membuat biopori di setiap lingkungan agar sampah daun dapat langsung masuk ke tanah dan terurai menjadi kompos.
Hal ini juga sejalan dengan program Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar yang dicanangkan untuk mencapai 100 ribu biopori.
Pemanfaatan Ekoenzim: Inovasi ini mendorong pengolahan sampah organik menjadi ekoenzim, yaitu cairan serbaguna yang dapat digunakan sebagai pembersih rumah tangga alami, menggantikan produk kimia.
Camat Panakkukang, M Ari Fadli menyatakan bahwa Program PESONA yang diprakarsai oleh Kelurahan Paropo telah menjadi pemantik lahirnya gerakan kolektif di seluruh 11 kelurahan di Panakkukang.
Lurah Paropo, Achiruddin Achmad menjelaskan bahwa program ini merupakan hasil musyawarah bersama warga, RT/RW, LPM, dan penyuluh DLH yang dimulai sejak awal September.
Selain fokus pada sampah, Wali Kota Munafri secara paralel mengajak seluruh warga (sekitar 1,4 juta penduduk Makassar) untuk berpartisipasi dalam penghijauan kota dengan menanam dan merawat pohon endemik seperti pohon satulu dan bune.
Ari Fadli menyatakan pihaknya akan menindaklanjuti arahan ini melalui koordinasi dengan dinas terkait dan penguatan peran RT/RW.
Munafri berharap, PESONA tidak hanya menjadi seremoni, tetapi menjadi aksi nyata berkelanjutan yang memposisikan Kecamatan Panakkukang sebagai model pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang tanggap dan bernilai ekonomi bagi Kota Makassar.(*)